Liputan6.com, Jakarta - Imbal hasil (yield) Treasury atau obligasi AS bertenor 10 tahun diperdagangkan mendekati level 1,6 persen pada Senin pagi, setelah Senat mengesahkan bantuan ekonomi dan stimulus ekonomi penanganan COVID-19 senilai USD 1,9 triliun.
Hasil benchmark obligasi bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi 1,613 persen dan terakhir diperdagangkan pada 1,598 persen. Sementara hasil obligasi bertenor 30 tahun naik menjadi 2,323 persen.
Dilansir dari CNBC, Selasa (9/3/2021), senator mengesahkan RUU stimulus melalui rekonsiliasi anggaran, sebuah proses yang tidak membutuhkan dukungan Republik kecuali setiap suara Demokrat.
Baca Juga
Advertisement
Dewan yang dikuasai partai Demokrat bertujuan untuk mengesahkan RUU itu pada Selasa, dan mengirimkannya kepada Presiden Joe Biden untuk ditandatangani sebelum batas waktu 14 Maret untuk memperbarui program bantuan pengangguran. Biden mengatakan, warga Amerika akan mulai mendapatkan stimulus tersebut bulan ini.
Imbal hasil obligasi telah bergerak cepat lebih tinggi baru-baru ini di tengah ekspektasi pemulihan ekonomi dari pandemi dan kekhawatiran tentang kenaikan inflasi.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lonjakan Imbal Hasil Sebabkan Gangguan di Pasar Saham
Ambrose Crofton, ahli strategi pasar global di JPMorgan Asset Management mengatakan, lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menyebabkan "gangguan di pasar saham".
Namun, Crofton mengatakan investor harus terhibur dari komentar yang dibuat oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu, yang menyatakan, "Jika pasar menjadi tidak teratur, maka tindakan akan diambil untuk mempertahankan kondisi keuangan yang menguntungkan dan menjaga ekonomi di jalur menuju lapangan kerja penuh.”
Powell mengatakan, pada konferensi Wall Street Journal pekan lalu, dia sangat memperhatikan pelajaran dari inflasi yang tak terkendali pada 1960-an dan 70-an, tetapi yakin situasi saat ini berbeda.
Advertisement