Calon Pasutri Juga Harus Perhatikan Prakonsepsi, Jangan Cuma Mempersiapkan Resepsi

BKKBN menyayangkan banyaknya calon pasutri yang lebih mengutamakan acara-acara pernikahan yang menghabiskan puluhan juta, ketimbang mempersiapkan prakonsepsi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 09 Mar 2021, 21:00 WIB
ilustrasi pasangan/Photo by Drew Hays on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan agar calon pasangan suami istri (pasutri) yang akan menikah, tidak sekadar mempersiapkan acara-acara pernikahan semata seperti resepsi.

BKKBN mengingatkan agar calon pasutri juga mempersiapkan konsepsi, demi menghasilkan kehamilan dan bayi yang sehat di masa depan. Konsepsi sendiri bisa diartikan sebagai pertemuan sel telur dan sel sperma.

Menurut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, banyak perempuan siap nikah yang mengalami anemia atau memilik Hemoglobin (Hb) di bawah normal. Untuk menaikkan Hb hingga normal, dibutuhkan waktu 90 hari dengan mengonsumsi tablet tambah darah.

"Sehingga alangkah idealnya, 90 hari sebelum menikah itu kita periksa dulu Hb-nya, berat badannya, tinggi badannya, kemudian dilihat status gizinya, dan anemia atau tidak," kata Hasto kata Hasto dalam Ngobrol Bareng Kepala BKKBN Bersama Jurnalis, Selasa (9/3/2021).

Hasto mengatakan, apabila ada perempuan yang sudah siap menikah tetapi belum siap hamil, BKKBN bisa memberikan saran seperti memperbolehkannya menikah, tetapi harus mengonsumsi tablet tambah darah, asam folat, atau vitamin D sebelum hamil.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Pentingnya Prakonsepsi Ketimbang Resepsi

Ilustrasi/copyright pixabay.com/Profile

Selain itu, laki-laki pun juga butuh persiapan sebelum menikah. Hasto menjelaskan, sperma yang "dipakai saat bulan madu" diproduksi 75 hari sebelumnya.

"Kalau ingin punya sperma yang bagus saat bulan madu, 75 hari sebelumnya harus dipersiapkan. Makan zinc, vitamin C bagus, mengurangi rokok bagus, tidak berendam di air hangat bagus," kata Hasto.

Mantan Bupati Kulon Progo ini mengatakan, bayi yang kualitasnya tak baik dapat dihasilkan dari sperma pria yang banyak merokok, memiliki gaya hidup tidak sehat, atau mengonsumsi minuman keras, yang membuahi telur perempuan yang kurang gizi atau anemia.

"Jadi prakonsepsi itu penting. Prakonsepsi itu bagaimana menyiapkan sebelum terjadinya konsepsi. Bukan resepsi. Kalau resepsi kan yang penting ijab-nya, kalau resepsinya tidak begitu penting," kata Hasto.

Hasto mengaku gemas apabila melihat lebih banyak orang yang menghabiskan puluhan hingga ratusan juta untuk pre-wedding, ketimbang mengutamakan persiapan di masa prakonsepsi yang lebih murah.

"Periksa Hb itu di puskesmas malah gratis. Tablet tambah darah kalau ambil di puskesmas itu murah sekali, bahkan tidak bayar. Asam folat juga murah sekali," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan tersebut.

"Prakonsepsi yang hanya 20 ribu murah, tidak dikerjakan, pre-wedding yang puluhan juta dilakukan, dibela-belain," pungkasnya. "Jadi kadang-kadang kita ini keliru, kelirunya yang mahal."


Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya