Perjalanan Digitalisasi di Timur Indonesia: Kisah Jayapura

Digitalisasi kembali memberi bukti nyata dapat mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial di Indonesia.

oleh Gilar Ramdhani pada 10 Mar 2021, 00:00 WIB
Digitalisasi kembali memberi bukti nyata dapat mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Moda transportasi umum di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan sudah begitu lengkap dan modern sejak beberapa tahun lalu. Tak heran, jika aktivitas perekonomian dan masyarakatnya di kota-kota tersebut seperti tidak pernah sepi. Lain cerita jika menyinggung transportasi umum di beberapa daerah lain, termasuk Indonesia Bagian Timur.

Bagi masyarakat Jayapura misalnya, transportasi umum tadinya menjadi kendala dalam beraktivitas. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Jayapura, jumlah kendaraan aktif angkutan darat di Kabupaten Jayapura pada tahun 2017 sebanyak 56.039 unit, dan hanya 3% yang digunakan untuk angkutan umum. Persentase transportasi umum yang sangat kecil tersebut mempersulit aktivitas warga Jayapura terutama yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Padahal transportasi menjadi salah satu penyokong utama perputaran roda perekonomian.

Kehadirkan platform digital menjadi solusi bagi masyarakat Jayapura dalam menjalankan aktivitasnya, menghadirkan solusi transportasi yang mudah, cepat, aman dan nyaman. Tidak hanya itu, teknologi dalam bentuk platform digital yang hadir sejak 2017 lalu juga mampu membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Platform digital terbukti memberi dampak positif bagi pembangunan infrastruktur transportasi yang mudah dan aman, selain juga membuka lapangan pekerjaan bagi lebih banyak orang. Berikut merupakan beberapa kisah transformasi kehidupan masyarakat di Jayapura.

 

 

 


Mateda Yikwa, Mantan Pekerja Serabutan yang Kini Punya Motor dan Rumah

Mateda Yikwa, mitra pengemudi GrabBike.

Meteda Yikwa (50), penduduk asli Jayapura di Sentani, yang melihat betul transformasi infrastruktur transportasi di Jayapura sejak hadirnya platform digital. Bergabung menjadi mitra pengemudi GrabBike pada tahun 2017 silam, Meteda merupakan salah satu mitra pengemudi online pertama di Jayapura.

Meteda mengatakan bahwa sebelum hadirnya transportasi online, banyak masyarakat yang kesulitan untuk bepergian, terutama untuk urusan penting yang mendesak.

“Karena dulu transportasi umum sangat terbatas dan tidak tersedia 24 jam. Harganya juga kadang tidak wajar,” paparnya.

Ia juga mengakui pekerjaannya sebagai mitra pengemudi GrabBike memberikannya sumber penghasilan tetap.

 

Mateda Yikwa, mitra pengemudi GrabBike.

“Saya mendaftar menjadi mitra GrabBike karena saya yakin teknologi akan membawa peluang baru dalam sektor transportasi di Jayapura. Di usia yang tak lagi muda ini, tadinya saya tidak memiliki pekerjaan tetap dan melakukan pekerjaan serabutan untuk memenuhi kebutuhan harian saya dan keluarga. Setelah bergabung dengan Grab, saat ini, saya bisa membeli sepeda motor, memenuhi kebutuhan pendidikan anak, dan yang terpenting, membantu masyarakat Jayapura untuk beraktivitas dengan mudah. Dalam sehari, bisa sampai 30 pelanggan yang saya bawa,” paparnya.


Andreas Juan yang Bangkit di Tengah Pandemi Setelah Usahanya Gulung Tikar

Andreas Juan Rahawarin (35) adalah mitra pengemudi yang berhasil bangkit di tengah pandemi.

Platform digital juga membuka lapangan pekerjaan untuk lebih banyak orang. Andreas Juan Rahawarin (35) adalah mitra pengemudi yang berhasil bangkit di tengah pandemi.

“Dulu tahun 2016, saya mencoba peruntungan dengan membuka usaha kuliner yang menyuguhkan masakan khas Papua di Timika. Setelah berjalan kurang lebih tiga tahun, saya menutup restoran tersebut karena tidak berjalan dengan baik. Saya kembali ke Jayapura untuk mencoba peruntungan lain dengan berjualan makanan di kantin sekolah, namun harus ditutup karena pandemi,” ungkap Andreas.

“Hampir putus asa, di tengah pandemi bulan Mei 2020 saya mendaftar menjadi mitra pengemudi GrabBike. Saya pikir saat itu, yang penting ada pemasukan untuk hidup sehari-hari. Dua bulan setelah bergabung, saya bisa membeli motor baru serta bisa mengumpulkan modal untuk istri yang kini memulai bisnis kuliner. Karena saya tahu manfaat teknologi begitu besar, saya langsung mendaftarkan usaha kuliner ini di GrabFood agar bisa menjangkau pelanggan yang lebih banyak. Meskipun di tengah pandemi, kami masih bisa mempertahankan pendapatan dengan memanfaatkan teknologi dari Grab,” tambah Andreas. 


Derek Norotouw yang Bisa Kelola Panti Asuhan dari Hasil Usahanya

Derek Norotouw (32), warga asli Papua yang juga mengurus sebuah panti asuhan.

Tak berhenti di situ, kehadiran teknologi digital juga membantu memperluas dampak positif bagi ke lebih banyak komunitas di Jayapura. Derek Norotouw (32) yang merupakan masyarakat asli Papua ini merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juga mengurus sebuah panti asuhan milik keluarga yang diberi nama Air Mata Mama.

Panti asuhan yang terletak di Dok 8, Jayapura Utara itu menampung anak yatim piatu dan para lansia untuk tetap mendapatkan kehidupan yang layak. Anak-anak yatim piatu di tempat itu juga bisa mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua asuh.

Derek Norotouw (32), mitra pengemudi GrabCar yang juga mengurus sebuah panti asuhan.

“Penghasilan sebagai mitra pengemudi GrabCar membuat saya bisa mengurus panti asuhan dengan lebih baik. Sebelumnya, kami sangat mengandalkan para donatur yang berkunjung ke panti asuhan kami. Kini, kami lebih bisa mandiri dalam mencukupi kebutuhan harian puluhan anak yatim dan lansia yang kami bina di sini,” papar Derek.


Platform Digital Buka Lapangan Kerja

Manfaat ekonomi digital harus bersifat menyeluruh dan menjangkau pelosok negeri hingga Timur Indonesia.

Kehadiran teknologi digital di Jayapura, bukan hanya membantu menciptakan infrastruktur transportasi yang memudahkan warga beraktivitas dengan mudah, tapi juga membuka lapangan pekerjaan dan membawa dampak positif bagi lebih banyak komunitas di luar platform digital.

Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia, menjelaskan manfaat dari ekonomi digital tidak boleh hanya dirasakan mereka yang tinggal di kota-kota besar, namun juga harus bersifat menyeluruh dan menjangkau pelosok negeri hingga Timur Indonesia, termasuk Jayapura.

"Misi kami adalah menghadirkan teknologi yang inklusif agar siapa saja bisa menikmati manfaat dari ekonomi digital, terlepas dari latar belakang, keadaan dan juga lokasi Mereka. Sejak 2017 kami hadir dan membantu masyarakat Jayapura beraktivitas dengan aman melalui layanan transportasi GrabCar dan GrabBike. Selain itu, kami juga membantu akses kepada layanan finansial melalui GrabKios dan juga pengantaran makanan dan logistik melalui GrabFood dan GrabExpress,” jelasnya.

Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., mengakui pentingnya digitalisasi yang dibawa oleh platform digital seperti Grab.

“Saat Jayapura mulai beradaptasi untuk menyambut era pasca COVID-19, kami percaya bahwa platform seperti Grab dapat mendukung Indonesia dalam perjalanannya menuju pemulihan ekonomi. Kesiapan secara digital akan menjadi lebih penting dalam era new normal.

Menurutnya, Grab dapat membantu bisnis beradaptasi dengan beralih secara online menuju layanan seperti GrabFood dan GrabKios.

"Pada akhirnya, meskipun masih ada banyak ketidakpastian ekonomi di waktu yang akan datang, kami percaya teknologi akan memainkan peran penting dalam membantu mempertahankan mata pencaharian,” tutup Neneng.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya