Liputan6.com, Jakarta - TNI akan terus membantu Serda Aprilia Manganang dalam menjalani proses administrasi perubahan status jenis kelamin dari perempuan menjadi pria.
"Direktur Hukum Angkatan Darat Brigjen Tetty Melina Lubis sudah siapkan dokumen untuk kita membantu Sersan Manganang untuk mendapat apa yang diinginkan. Kita penuhi semua surat yang ada di UU 23/2006 tentang administrasi kependudukan," tutur Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.
Advertisement
Andika berharap Pengadilan Negeri Tondano dapat mengabulkan permohonan perubahan nama dan jenis kelamin mantan atlet voli tersebut. Termasuk perubahan status jenis kelamin sesuai Pasal 56 dari UU 23/2006.
"Nanti namanya akan dipilih oleh Sersan Manganang dan orang tuanya. Dengan harapan setelah ini Sersan Manganang bisa menjadi seseorang yang ditakdirkan untuknya," jelas dia di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Selasa (9/3/2021).
Andika menegaskan Aprilia bukan seorang transgender. Dia tidak menjalani operasi pergantian alat kelamin, tapi dilahirkan dalam kondisi pria yang memiliki kelainan reproduksi hipospadia.
"Seperti yang saya katakan tadi, operasi ini corrective surgery, jadi tidak ada pergantian kelamin. Manganang adalah laki-laki dan tidak ada pergantian secara fisik yang mungkin tadinya dari organ-organ kelamin wanita menjadi pria itu tidak ada," tandas Andika.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Aprilia Manganang Berikut Ini
Penerimaan Khusus
Andika juga menyampaikan, Aprilia direkrut menjadi prajurit TNI AD melalui jalur penerimaan khusus anak muda berprestasi pada 2016. Pemeriksaan medis kala itu pun tidak sampai pada diagnosa kelainan alat reproduksi hipospadia.
"AD memutuskan untuk menerima. Pemeriksaan tidak dilakukan selengkap yang kami gelar minggu lalu," tutur Andika.
Aprilia sendiri masuk dalam Bintara Komunitas Ajudan Jenderal. Dia lahir dan besar di daerah yang terbilang terbatas secara fasilitas hingga akhirnya dilahirkan dengan akta lahir perempuan.
Advertisement
Tidak Beruntung
Lebih lanjut, ayah dan ibu dari Aprilia juga tidak dalam kondisi berpendidikan cukup. Keduanya hanya seorang buruh tani dan asisten rumah tangga, bahkan melahirkan pun di rumah dengan fasilitas medis seadanya.
"Sersan Aprilia Manganang dilahirkan di Tahuna. Tepatnya di Pulau Sangir, atau sering disebut Tahuna. Dan kalau kita hari ini naik kapal, itu kira-kira dari Manado delapan jam ke arah pulau ini," kata Andika.
"Seseorang yang diberi nama Aprilia Manganang tidak seberuntung kita semua. Saat dilahirkan, dia punya kelainan pada sistem reproduksinya. Hipospadia," imbuh Andika.