Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat di selatan Jawa mewaspadai meningkatnya potensi hujan disertai puting beliung dan sambaran petir pada Maret 2021 ini.
Saat ini cuaca cenderung cerah terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini dipengaruhi posisi matahari yang kini sudah berada di atas laut Jawa, atau mendekat ke garis khatulistiwa. Cuaca panas lembap memicu penguapan yang tinggi dan berpotensi menyebabkan terbentuknya awan Cumulonimbus.
Baca Juga
Advertisement
“Perlu diwspadai terutama saat pagi hingga siang hari kondisi cuaca panas terik, lalu menjelang sore hari mulai muncul awal Cumulonimbus. Ciri-cirinya yaitu, bergumpal-gumpal, terus besar, dan berwarna hitam pekat,” kata Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Rendi Krisnawan, Senin (8/3/2021).
Kata dia, awan cumulonimbus berpotensi memicu terjadinya bencana angin kencang atau puting beliung disertai petir. Karenanya, masyarakat diminta untuk mewaspadai fenomena alam ini.
Di antaranya dengan tidak berada di kawasan terbuka, misalnya berada sawah saat awan sudah mulai terbentuk. Warga juga diminta memangkas atau memotong dahan pohon yang sudah terlalu tinggi dan berada dekat permukiman.
“Biasanya kalau sudah mulai muncul disertai petir. Itu berpotensi munculnya puting beliung, angin kencang dan petir,” dia memperingatkan.
Selain bahaya puting beliung dan sambaran petir bencana banjir dan tanah longsor juga masih berisiko terjadi pada Maret ini. Diperkirakan curah hujan harian masih berpotensi mencapai 100 hingga 150 milimeter atau lebat hingga sangat lebat.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Pancaroba dan Ancaman Angin Kencang di Jabar
Prakirawan Cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Yan Firdaus menyampaikan, wilayah Jawa Barat secara umum terprediksi mulai memasuki awal musim peralihan atau pancaroba dari hujan ke kemarau pada Maret ini.
Puncak musim hujan untuk wilayah Jawa Barat, kata Yan, telah terlewati pada akhir Februari lalu. Meski demikian, hujan berpotensi masih turun kendati dengan intensitas yang berangsur berkurang dibanding sebelumnya.
"Puncak musim hujan berarti waktu ketika curah hujan tinggi terjadi, bahkan disertai dengan peningkatan resiko bencana hidrometeorologis. Setelah puncak musim hujan terlewati, maka kejadian hujan dengan intensitas tinggi berangsur berkurang baik dari segi frekuensi, volume, dan temporal," kata Yan kepada Liputan6.com.
Masa musim peralihan sendiri diprediksi terjadi sepanjang Maret hingga April mendatang. Saat musim peralihan, kejadian hujan akan cenderung dinamis sehingga perubahan cuaca pun akan terjadi relatif cepat.
Karenanya, Yan mengingatkan semua pihak agar mewaspadai potensi bencana yang rentan saat pancaroba seperti angin kencang atau puting beliung.
"Yang penting untuk diperhatikan saat awal musim peralihan adalah potensi bencana seperti puting beliung dan angin kencang, perlu diwaspadai," ungkapnya.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, hujan diprediksi turun di sejumlah wilayah di Jawa Barat pada tanggal 9-11 Maret ini. Adapun sejumlah daerah di antaranya adalah Majalengka, Kuningan, Cirebon, Ciamis dan Sumedang, Bogor, Karawang, Subang, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung Barat, Indramayu.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini potensi hujan disertai kilat atau petir, serta turun antara siang hingga menjelang malam hari.
Advertisement