Unilever Tak Akan Lagi Pakai Kata Normal untuk Sebut Tipe Rambut dan Kulit pada Kemasan

Kata normal yang diterakan pada kemasan produk perawatan rambut dan kulit dinilai mengucilkan kelompok minoritas.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2021, 17:03 WIB
Kantor pusat Unilever Indonesia. (dok. Unilever Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Unilever, produsen berbagai produk perawatan kulit dan tubuh, akan membuang kata "normal" pada kemasan. Pada Selasa, 9 Maret 2021, perusahaan itu mengumumkan tidak akan lagi menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan karakteristik fisik tertentu pada kemasan produk kecantikan dan perawatan pribadi, termasuk deodoran Rexona dan sampo Sunsilk.

Perusahaan tersebut mengatakan langkah tersebut "datang ketika penelitian global tentang pengalaman orang-orang tentang industri kecantikan mengungkapkan bahwa menggunakan 'normal' untuk mendeskripsikan tipe rambut atau kulit membuat kebanyakan orang merasa dikucilkan."

Melansir, CNN, Rabu (10/3/2021), Unilever (UL) adalah salah satu pemasok ritel terbesar di dunia, dengan 2,5 miliar pelanggan di lebih dari 190 negara. Dalam sebuah pernyataan, dikatakan sebuah studi baru-baru ini yang ditugaskan dan dilakukan menemukan bahwa "tujuh dari sepuluh responden setuju bahwa penggunaan kata 'normal' pada kemasan produk dan iklan berdampak negatif."

Lebih dari dari setengah mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka sekarang lebih memperhatikan sikap perusahaan pada masalah sosial sebelum membeli produk.

"Dengan satu miliar orang menggunakan produk kecantikan dan perawatan pribadi kami setiap hari, dan bahkan lebih banyak lagi yang melihat iklan kami, merek kami memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan nyata bagi kehidupan orang-orang," kata Sunny Jain, Presiden Kecantikan dan Perawatan Personal Unilever, dalam sebuah pernyataan.

"Kami tahu bahwa menghapus 'normal' dari produk dan kemasan kami tidak akan menyelesaikan masalah sendirian, tetapi ini adalah langkah maju yang penting."

Unilever juga mengatakan bahwa mereka tidak akan lagi "secara digital mengubah bentuk tubuh, ukuran, proporsi atau warna kulit seseorang dalam iklan mereknya. Perusahaan juga berjanji akan meningkatkan jumlah iklan yang menggambarkan orang-orang dari berbagai kelompok yang kurang terwakili.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Dobrakan Standar Kecantikan

ilustrasi jenis produk kecantikan yang tidak boleh digunakan terlalu sering/pixabay

Unilever telah bekerja untuk mendiversifikasi lini produknya dengan bermitra bisnis yang dijalankan oleh minoritas dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017, misalnya, perusahaan menjadi berita utama untuk akuisisi Sundial Brands, pembuat SheaMoisture milik Black dan merek perawatan kulit dan rambut populer lainnya.

Sementara tahun lalu, anak perusahaannya di India, Hindustan Unilever, menghapus kata "Cerah" dari merek perawatan kulit "Fair and Lovely" setelah ada keluhan. Perusahaan mengakui dalam sebuah pernyataan pada saat itu bahwa mereka sebelumnya memainkan "manfaat dari keadilan, pemutih dan pencerah kulit" saat memasarkan produknya. Merek itu sekarang disebut "Glow & Lovely".

Bisnis di seluruh dunia semakin banyak mengubah citranya sebagai tanggapan atas permintaan pelanggan untuk menjadi lebih inklusif. Tahun lalu, banyak perusahaan besar mengganti nama atau menghentikan penjualan produk, termasuk Quaker Oats dengan merek Aunt Jemima di Amerika Serikat dan Nestlé dengan permen Red Skins dan Chicos di Australia.

Pesaing, termasuk L’Oreal (LRLCF) dan Johnson & Johnson (JNJ), juga mengatakan mereka akan mengganti nama atau menghentikan beberapa merek perawatan kulit mereka di India karena alasan serupa. (Melia Setiawati)


5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan

Infografis 5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya