Strategi BTN Cetak Laba Rp 2,8 Triliun di 2021

Bank BTN menargetkan mampu meraih laba bersih sebesar Rp2,5 hingga Rp2,8 triliun tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2021, 17:20 WIB
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. resmi meluncurkan program Batara Spekta (dok: BTN).

Liputan6.com, Jakarta - Bank BTN menargetkan mampu meraih laba bersih sebesar Rp2,5 hingga Rp2,8 triliun tahun ini. Sejumlah strategi dipersiapkan untuk mencapai target tersebut di antaranya adalah menekan rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) dan melakukan efisiensi.

Wakil Direktur BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, perseroan membuka perluang untuk menurunkan cost of fund atau biaya dana tahun ini. Hingga awal tahun, pihaknya sudah menurunkan cost of fund sebesar 90 basis poin.

"Kuncinya efisiensi. Kita (BTN) akan menurunkan cost of fund diangka paling nyaman menurut kita. Sampai Januari sudah turun 90 basis poin. Kita harapkan cost of fund kita terus turun secara gradual sehingga laba bisa sampai Rp2,8 persen," ujarnya, Jakarta, Rabu (10/3).

Nixon mengatakan, di tengah pandemi Virus Corona pihaknya tidak mungkin menaikkan cost of fund. Untuk itu, secara gradual bank pelat merah tersebut akan terus berupaya menurunkan yang selama ini dianggap termahal.

"Hari begini tidak mungkin cost of fund kita naikkan itu sangat tidak mungkin dan tidak terpikirkan oleh kita menaikkan bubga kredit. Caranya adalah menurunkan suku bunga atau cost of fund yang selama ini dianggap termahal," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Whosale Risk and Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, untuk mendongkrak laba, perusahaan juga akan menurutkan rasio kredit macet.

Salah satu yang akan dilakukan BTN adalah perbaikan dari sisi penagihan atau collection management serta penjualan aset secara efektif."Intinya kita akan melakukan perbaikan di management system collection kita. Kemudian kita akan lebih menggencarkan lagi penjualan aset baik itu di konsumer maupun di kredit komersial," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sah, Haru Koesmahargyo Diangkat Jadi Direktur Utama BTN

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo.

Pemegang saham BTN menunjuk Haru Koesmahargyo Direktur Utama menggantikan Pahala Nugraha Mansury yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Selain itu, pemegang saham juga mengangkat Nofry Rony Poetra sebagai Direktur Finance, Planning, and Treasury dan Eko Waluyo selaku Direktur Compliance and Legal BTN.

Corporate Secretary Bank BTN Ari Kurniaman mengatakan, perseroan menyambut positif susunan pengurus yang baru tersebut. Bisnis BTN, selanjutnya akan tetap berjalan normal dengan tetap mendukung program perumahan nasional sebagai core business Bank BTN.

Selain itu, Ari mengungkapkan Bank BTN juga akan terus berinovasi agar dapat meningkatkan pembiayaan di sektor perumahan. Apalagi, sektor perumahan memiliki multiplier effect terhadap 174 sektor lainnya, sehingga dapat menjadi lokomotif pendorong perbaikan ekonomi nasional.

“Kami optimistis jajaran baru ini juga akan solid membawa Bank BTN mendukung program pemerintah yakni Sejuta Rumah dan PEN,” kata Ari dalam Press Conference RUPST Bank BTN secara virtual, Rabu (10/3/2021).

Pada 2021 ini, lanjut Ari, BTN menargetkan kredit dan pembiayaan naik sebesar 7-9 persen, dan Dana Pihak Ketiga pun ditargetkan berada dalam pertumbuhan yang sejajar dengan kredit atau dikisaran 7-9 persen.

Dia mengatakan perseroan tetap optimistis dapat mencapai target bisnis di tahun ini ditopang manajemen yang solid.

“Kami juga tetap optimistis mampu meraih posisi sebagai The Best Mortgage Bank in Southeast Asia in 2025 didukung infrastruktur perumahan yang kuat dan inovasi yang terus kami lakukan sehingga dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia memiliki hunian yang terjangkau dengan mudah,” kata Ari dalam Press Conference RUPST Bank BTN secara virtual, Rabu (10/3/2021).

Adapun, pada 2021 BTN ini membidik laba bersih naik ke kisaran Rp2,5 triliun-Rp2,8 triliun. Sementara itu, dalam  RUPST tersebut juga disepakati penunjukkan jajaran pengurus baru manajemen perseroan.


Nasabah Kaget Cicilan KPR BTN Turun, Ada Apa?

Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah bersubsidi di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/2/2021). Bank BTN menargetkan realisasi KPR mencapai lebih 200 ribu rumah pada 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Beberapa nasabah kredit perumahan BTN mengalami penurunan angsuran atau cicilan yang dibayar. Seperti diungkapkan Septian (35 tahun), yang kaget saat mengetahui rekening cicilan kreditnya terdebet dengan nilai lebih sedikit.

"Saya biasa bayar Rp 3 juta jadi Rp 1,2 juta dari biasa debet," jelas dia kepada Liputan6.com. 

Nasabah lain juga mengungkapkan hal serupa. Aziz (40 tahun) mengetahui jika cicilan kredit rumah pada Maret hanya sekitar Rp 1,7 juta dari biasanya Rp 2,7 juta.

Ketika dikonfirmasi, PT Bank Tabungan Negara (BTN) menyebut turunnya tagihan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) nasabah dikarenakan adanya penurunan suku bunga dan grace period. Sehingga bagi para nasabah BTN jangan khawatir jika terjadi penurunan.

“Penurunan karena kemungkinan penurunan suku bunga, dan kemungkinan debitur tersebut termasuk debitur Restrukturisasi karena terdampak covid-19 dengan grace period selama 6 bulan,” kata Corporate Secretary BTN Ari Kurniawan kepada Liputan6.com, Selasa (9/3/2021).

Lebih lanjut Ari menjelaskan penurunan itu dikarenakan grace period bukan subsidi.  Nanti bunganya ditagihkan kembali setelah masa grace period nya selesai.

“Grace period bukan subsidi, grace period itu penundaan pembayaran bunga selama periode tertentu.  Jadi besarnya bergantung bunga yang bersangkutan (nasabah),” ujarnya.

Sebagai informasi, dilansir dari KoinWorks.com, grace period adalah masa tenggang yang memungkinkan peminjam untuk membayar sebagian pokok hutang dengan bunga pinjaman atau bunga pinjaman saja hingga jangka waktu grace period berakhir.

Biasanya peminjam mendapatkan keringanan grace period 3-6 bulan. Sehingga pada masa grace period berlangsung, pendana hanya akan mendapatkan pengembalian yang lebih rendah dibanding pengembalian ketika masa grace period berakhir.

Kemudian, setelah masa grace period berakhir, peminjam akan membayar pokok dan bunga kembali tiap bulannya hingga tenor pinjaman berakhir. Begitupun dengan pengembaliannya, akan kembali normal seperti biasanya.   3 dari 4 halaman

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya