Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan ada perusahaan rintisan (startup) berstatus unicorn yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar saat ini.
Jika disandingkan dengan kapitalisasi pasar dalam indeks LQ45, Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Sjahrir menyebutkan ada empat perusahaan yang bertengger.
Antara lain ada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) yang memimpin dengan kapitalisasi pasar sebesar USD 10 miliar, setara Rp 140 triliun atau 2,01 persen dari total kapitalisasi pasar BEI.
Baca Juga
Advertisement
Dengan angka tersebut, kapitalisasi pasar Gojek setara dengan peringkat sembilan dalam deretan indeks LQ45 yang saat ini ditempati Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan kapitalisasi pasar Rp 114 triliun.Selanjutnya, ada PT Tokopedia yang memiliki kapitalisasi pasar senilai USD 3,5 miliar, atau Rp 98 triliun, menempatkan perusahaan ini setara peringkat 12.
Kemudian PT Bukalapak.com dengan kapitalisasi pasar USD 3,5 miliar atau Rp 49 triliun di peringkat 30.Terakhir, PT Trinusa Travelindo (Traveloka) yang berada di peringkat 34 dengan kapitalisasi pasar senilai Rp USD 3 miliar atau Rp 42 triliun.
Kendati begitu, Pandu tak menjelaskan lebih lanjut mana diantara empat unicorn tersebut yang sudah terdaftar di BEI untuk go public.
“Ada tiga dari empat yang sudah mendaftar. Tapi saya tidak bisa mengatakan yang mana,” kata dia dalam Mandiri Investasi - Market Outlook 2021, Rabu (10/3/2021).
Namun, ia menekankan,rincian tersebut merupakan data sebelum COVID-19. “Jadi banyak hal telah berubah,” ia menambahkan.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Komisaris BEI Sebut Rencana Unicorn untuk IPO Sudah Tepat
Sebelumnya, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir menyampaikan apresiasi atas rencana unicorn startup (memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS) asal Indonesia untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Pandu menilai, momentum pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu turut jadi faktor penting di dalam rencana tersebut.
"Memang waktunya cukup pas ya, melihat momentum gara-gara Covid banyak sekali orang berubah dari bisnis offline menjadi online dan ini bisa kelihatan dari performance banyak perusahaan teknologi," ujar Pandu dalam pernyataan menanggapi isu ini.
Menurut dia, saat ini banyak pemain tech startup yang melihat besarnya potensi public market dan menilai bursa sebagai salah satu tempat untuk fund raising ataupun medium untuk berubah menjadi perusahaan publik.
Dia pun meyakini bahwa go public dari unicorn ini dapat mendorong perluasan kapitalisasi pasar bursa karena besarnya valuasi perusahaan-perusahaan tersebut.
"Sekarang banyak sekali teman-teman melihat public market itu mungkin jauh lebih dalam dibandingkan private market, dan untuk sebagian besar perusahaan ini enggak bisa disebut sebagai startup. Mereka sudah merupakan perusahaan yang cukup besar dari sisi kapitalisasi pasar," kata Pandu.
Mengenai opsi apa yang akan diambil unicorn saat IPO nanti, Pandu menegaskan bahwa itu tergantung pada bentuk perusahaan masing-masing.
Namun, Pandu optimistis ada beberapa manfaat yang akan didapatkan perusahaan, jika mereka melantai di bursa Indonesia. Mulai dari sisi founder share, income tax, hingga stakeholder engagement.
"Sebagai perusahaan publik [unicorn] akan lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan-pendanaan lain di luar equity seperti pinjaman dan lain-lain. Jadi itu salah satu positifnya," tutur Pandu.
Seperti diketahui, belakangan ini kabar bahwa perusahaan dengan titel unicorn akan segera melantai ke BEI dalam waktu dekat ramai diperbincangkan.
Hal ini sudah menjadi perhatian Pandu Sjahrir sejak diangkat menjadi Komisaris BEI pada 2020, yang menargetkan kaum milenial untuk berinvestasi di pasar modal.
"Saya ingin menggandeng perusahaan-perusahaan teknologi untuk bisa menjadi emiten di pasar modal kita," kata Pandu.
Advertisement