Cantiknya Warna-Warni Air Menari di Simulasi Pemadaman Karhutla di Sumsel

Petugas Manggala Agni Sumsel melakukan pertunjukan simulasi pemadaman karhutla saat Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel.

oleh Nefri Inge diperbarui 19 Mar 2021, 04:55 WIB
Simulasi petugas Manggala Agni Sumsel saat memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir (OI) Sumatera Selatan (Sumsel) pada hari Selasa (9/3/2021) lalu, dihadiri oleh seluruh instansi dan perusahaan di Sumsel.

Kegiatan yang dihadiri oleh Gubernur Sumsel Herman Deru ini, dihibur dengan aksi simulasi pemadaman karhutla oleh tim Manggala Agni Sumsel, anggota polisi dan TNI.

Ada yang berbeda dengan simulasi tersebut. Karena belasan petugas Manggala Agni Sumsel yang mempraktekkan bagaimana saat mereka datang ke kawasan yang terbakar. Berbagai alat pemadaman pun dibawa, salah satunya pipa semprotan dan air yang digunakan untuk memadamkan api.

Petugas Manggala Agni Sumsel yang menggunakan pakaian safety, menyemprotkan air ke pusat api dengan jarak yang cukup dekat.

Namun tiba-tiba, mereka menyemprotkan air dengan warna-warni. Awalnya air berwarna merah disemprotkan dari pipa ke sumber kebakaran.

Air berwarna merah cerah itu pun, disemprotkan ke atas sehingga terlihat air berwarna merah tersebut menari-nari di udara yang akhirnya jatuh ke sekitar lokasi kebakaran.

Tidak hanya warna merah saja. Petugas Manggala Agni Sumsel juga menyemprotkan air yang berwarna kuning. Lalu yang lebih mengejutkan, ada juga air berwarna hijau cerah, yang disemprotkan ke lokasi karhutla tersebut.

Sontak, aksi simulasi pemadaman karhutla oleh tim Manggala Agni Sumsel tersebut membuat para peserta apel berdecak kagum dan cukup terhibur.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPI-KHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto mengatakan, warna-warni air pemadaman karhutla tersebut hanya ditunjukkan untuk pertunjukan simulasi saja. Saat di lapangan, tidak ada jenis warna-warna air seperti itu.

Menurutnya, tiga jenis warna air tersebut melambangkan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK) atau Fire Danger Rating System (FDRS). SPBK tersebut diperhitungkan dari beberapa kriteria, seperti faktor cuaca dan lapangan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :


Kriteria Rawan Karhutla

Simulasi petugas Manggala Agni Sumsel saat memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

“Warna merah artinya kondisi sedang berbahaya dan siaga, kuning artinya waspada dan hijau yaitu aman,” ungkapnya.

Faktor-faktor ini diperhitungkan dari BPPI-KHL Wilayah Sumatera dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Jika curah hujan menurun, tidak ada hujan dalam jangka waktu panjang, kondisi sangat kering dan kerawanan kebakaran tinggi, maka masuk siaga dan berbahaya. Itu ditandakan dengan simulasi air berwarna merah.

Untuk warna kuning menjelaskan, jika kondisi di lapangan masih harus diwaspadai dengan pengawasan yang ketat. Sedangkan warna hijau menandakan kondisi curah hujan bagus, stok air banyak namun satgas harus tetap bersiaga.


Pakai Racun Api

Simulasi petugas Manggala Agni Sumsel saat memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

“Tugas kami menyosialisasi ke masyarakat. Seharusnya ke depannya di setiap desa, ada papan SPBK yang memperlihatkan kondisi yang terjadi. Jika sedang merah, masyarakat diminta untuk tidak melakukan pembakaran, seperti bakar sampah harus dihindari,” ujarnya.

Dalam air yang disemprotkan ke sumber kebakaran, dicampur juga racun api yang ramah terhadap lingkungan. Sehingga setelah pemadaman tersebut, racun api itu tidak berpengaruh buruk bagi lingkungan, satwa-satwa, bahkan para pemadam kebakaran yang terkena air tersebut.

Penggunaan racun api tersebut membuat kebutuhan air lebih efisien, karena racun air bisa menurunkan suhu api.

“Dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperhitungkan itu, racun api harus ramah lingkungan. Dari uji laboratorium, kandungan zat adiktif tidak berbahaya,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya