Regulator Obat Uni Eropa Restui Penggunaan Vaksin COVID-19 Johnson and Johnson

EMA menyatakan bahwa efikasi vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson and Johnson sebesar 67 persen, dengan 85 persen mencegah gejala parah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Mar 2021, 11:00 WIB
Vaksin Johnson & Johnson terlihat di distributor McKesson Corporation di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi Janssen tersebut, menjadi vaksin virus corona ketiga yang sah digunakan di Amerika Serikat. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Liputan6.com, Jakarta Regulator obat-obatan Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 dosis tunggal buatan Johnson and Johnson (J&J).

Vaksin COVID-19 ini merupakan vaksin keempat yang disetujui untuk digunakan di Eropa setelah Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, yang semuanya membutuhkan dua kali penyuntikan.

Pada Kamis waktu setempat, EMA mengatakan bahwa vaksin virus corona tersebut dapat direkomendasikan setelah mengevaluasi secara menyeluruh, data dari J&J dan menemukan bahwa produk itu memenuhi kriteria efikasi, keamanan, dan kualitas.

"Dengan opini positif terbaru ini, pihak berwenang di seluruh Uni Eropa akan memiliki opsi lain untuk memerangi pandemi dan melindungi kehidupan dan kesehatan warganya," kata Emer Cooke, Direktur Eksekutif EMA, seperti dikutip dari Aljazeera pada Jumat (12/3/2021).

Dalam uji klinis secara global yang melibatkan 44 ribu orang, vaksin J&J dilaporkan 67 persen efektif dalam dua pekan setelah inokulasi.

Meski angka ini lebih rendah daripada vaksin COVID-19 lainnya, tetapi perbandingan secara langsung sulit dilakukan karena uji klinis mereka memiliki tujuan yang berbeda. Selain itu, studi vaksin J&J juga dilakukan saat varian virus corona baru.

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Telah Disetujui FDA

Seorang karyawan di distributor McKesson Corporation memindai sekotak vaksin Johnson & Johnson saat mengisi pesanan di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menjadi vaksin corona ketiga yang sah digunakan di AS. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Sementara, dilaporkan AP News, studi yang dilakukan juga menemukan bahwa vaksin tersebut 85 persen efektif melindungi dari gejala parah, rawat inap, serta kematian.

Perlindungan ini tetap kuat di beberapa negara, termasuk Afrika Selatan, di mana vaksin lain disebut-sebut kurang manjur melawan varian baru virus Corona yang ada di negara itu.

Vaksin COVID-19 J&J juga dapat disimpan di suhu pendingin normal, seperti vaksin corona AstraZeneca, yang membuatnya lebih mudah didistribusikan ketimbang vaksin Pfizer dan Moderna.

EMA juga menyebut, efek samping yang paling banyak dilaporkan seperti nyeri di titik suntikan, pusing, kelelahan, nyeri otot, dan mual.

Chief Scientific Officer J&J Paul Stoffels mengatakan bahwa keputusan EMA tersebut menjadi momen penting, ketika dunia berjuang untuk mengendalikan pandemi virus corona.

Pada Februaru lalu, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga telah menyetujui penggunaan darurat dari vaksin COVID-19 J&J. Perusahaan tersebut juga tengah meminta izin penggunaan darurat dari Inggris dan World Health Organization (WHO).


Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya