Makan Biskuit Bikin Orang Gampang Marah

Menghapus kelelahan dan hari-hari penuh stres sebaiknya tidak dengan mengemil biskuit. Pasalnya, biskuit hanya akan membuat Anda gampang marah.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Nov 2012, 12:22 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Menghapus kelelahan dan hari-hari penuh stres sebaiknya tidak dengan mengemil biskuit. Pasalnya, biskuit hanya akan membuat Anda gampang marah.

Kandungan lemak trans (dTFAs) di biskuit itulah yang bisa membuat Anda gampang marah dan agresif. Demikian hasil penelitian yang dilakukan  University of California, San Diego School of Medicine.

Lemak trans adalah lemak buatan manusia dengan memadatkan minyak cair (biasanya minyak sayur/vegetable oil) dengan gas hidrogen dalam proses yang dikenal dengan nama Hidrogenisasi.

Penelitian itu dilakukan terhadap 1.000 pria dan wanita dengan memberikan bukti pertama yang menghubungkan dTFAs dengan perilaku buruk, seperti tidak sabaran yang memicu perlawanan.

Penelitian ini dipimpin Beatrice Golomb, MD, PhD, UC San Diego Department of Medicine, dan telah dipublikasikan secara online di PLos ONE seperti dikutip laman Menshealth, Selasa (6/11).

Diet asam lemak trans, terutama pada produk hidrogenasi banyak tersedia di margarin, shortening, dan makanan olahan.

Efek kesehatan yang merugikan dari dTFAs telah diidentifikasi pada tingkat lemak, fungsi metabolisme, resistensi insulin, oksidasi, peradangan, dan kesehatan jantung.

Tim dari UC San Diego menggunakan informasi berdasarkan diet dan penilaian perilaku dari 945 pria dan wanita dewasa untuk menganalisis hubungan antara dTFAs dan agresi atau gampang marah.

Survei ini mengukur faktor-faktor seperti riwayat melakukan perlawanan, taktik konflik, ketidaksabaran, dan lekas marah, serta agresi terang-terangan. Analisis disesuaikan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penggunaan alkohol, atau produk tembakau.

"Kami menemukan bahwa banyaknya asam lemak trans secara signifikan berkaitan dengan agresi yang lebih besar dan lekas marah, seluruh langkah-langkah yang diuji dibandingkan dengan prediktor agresi lain dan dinilai," kata Golomb.

"Jika hubungan antara lemak trans dan perilaku agresif terbukti berhubungan, ini menambah alasan untuk merekomendasikan menghindari makan lemak trans, termasuk dengan makanan yang disediakan seperti sekolah dan penjara, karena efek merugikan dari lemak trans dapat mempengaruhi orang lain".(MEL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya