Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang terjadi pada 2020 membuat penjualan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam pemaparannya, emiten tambang ini mencatatkan angka penjualan 26,1 juta ton batu bara sepanjang tahun 2020. Sedangkan pada 2019, penjualan yang mampu ditorehkan mencapai 27,7 juta ton.
Advertisement
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan, penurunan konsumsi listrik menjadi salah satu faktor penjualan di tahun 2020 mengalami penurunan.
Meski demikian, pencapaian ini berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan, yakni sebesar 24,8 juta ton.
"Terjadi penurunan konsumsi listrik di wilayah DKI Jakartam Banten, Jawa dan Bali memiliki dampak pada penjualan batubara untuk pasar domestik," kata Arviyan.
Dari sisi produksi, PTBA mengalami penurunan hingga 14,5 persen. Sepanjang 2020 produksi batu bara yang mampu dihasilkan sebanyak 24,84 juta ton. Padahal tahun sebelumnya mencapai 29,07 juta ton.
"Kita juga melakukan efisiensi di tahun 2020, kalau enggak ada efisiensi akan sulit karena penjualan kita berkurang dan juga harga batubara mengalami penurunan," ujarnya.
Arviyann juga menegaskan, harga batu bara acuan (HBA) pada 2020 menjadi yang terendah selama empat tahun terakhir.
Meski demikian, pihaknya optimis dan berhasil mencatatkan penjualan sesuai target."Rata-rata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama empat tahun terakhir karena berada di level USD 58,17 per ton,” tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja Keuangan 2020
Terdampak pandemi COVID-19, laba bersih PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) turun pada 2020. Tercatat angka yang mampu ditorehkan perseroan Rp2,38 triliun. Pencapaian tersebut mengalami penurunan 41,2 persen dibandingkan 2019.
Seperti diketahui, laba bersih yang mampu dicapai saat itu mencapai Rp4,05 triliun. Tak hanya itu, Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin juga menegaskan, pendapatan turun sepanjang tahun 2020.
"Persisi pendapatan bukit asam mengkukuhkan pendapatan Rp17,3 triliun dengan posisi aset Rp24,1 triliun serta kas, setara kas dan deposito setara 3 bulan sebesar Rp5,5 triliun," katanya secara virtual, Jumat (12/3/2021).
Emiten tambang pelat merah ini menjelaskan, kebijakan lock down yang dilakukan beberapa negara menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan penjualan pada 2020.
"Tahun 2020 selama pandemi semua sektor terkena dampaknya, terutama energi karena berlakunya lock down di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India," ujar Arviyan.
Nilai laba bersih per saham milik PTBA juga mengalami penurunan. Tercatat nilai yang mampu dicapai pada akhir periode hanya Rp 213. Padahal akhir periode yang sama tahun sebelumnya berhasil mencapai Rp 371.
Agar tetap membukukan kinerja positif, PTBA melakukan program efisiensi, pengalihan biaya produksi dan melakukan optimalisasi, sehingga di 2020 kami masih punya laba," tutur dia.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat, 12 Maret 2021, saham PTBA naik 5 persen ke posisi Rp 2.730 per saham. Saham PTBA dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 2.650 per saham.
Saham PTBA berada di level tertinggi Rp 2.740 dan terendah Rp 2.630 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 11.038 kali dengan nilai transaksi Rp 121,9 miliar.
Advertisement