Liputan6.com, Jakarta - Aleksandar Arandelovic merupakan salah satu pemain sepak bola dengan kisah hidup paling berwarna. Salah satu striker tajam di generasinya, dia selamat dari perang, mencari suaka ke negeri asing, berkeliling dunia untuk mencari peruntungan, hingga pulang setelah mendapat pengampunan.
Lahir tahun 1920 sebagai satu-satunya putra Rista Arandelovic, pengusaha kaya dan politisi Yugoslavia, Aleksandar menarik perhatian bersama FK Jedinstvo Belgrade. Kehadirannya di klub tersebut sebenarnya patut dipertanyakan.
Advertisement
Pasalnya, Rista membeli Jedinstvo untuk menyenangkan putranya. Namun, Aleksandar menunjukkan dirinya memang layak diandalkan.
Memiliki tendangan kencang, teknik, stamina, dan insting mencetak gol, kiprah Aleksandar pun menarik perhatian klub asing. Namun, alih-alih berkarier di luar negeri, dia dikirim ke garis terdepan pada Perang Dunia II. Beruntung Aleksandar selamat dari pembantaian yang memakan 30 ribu jiwa kompatriotnya.
Bebas tugas militer, Yugoslavia kini dikuasai pemerintahan komunis. Dia menyaksikan sang ayah ditahan dengan Jedinstvo dicoret keberadaannya. Pasalnya, Rista berani menentang pemimpin otoriter Josip Broz Tito. Aleksandar tidak punya pilihan selain bergabung dengan Red Star Belgrade yang baru dibentuk. Kembali dia tampil istimewa selama beberapa musim.
Saksikan Video Berikut Ini
Jadi Musuh Negara
Dengan kehidupan yang tidak kunjung membaik, Aleksandar sabar menunggu kesempatan mengubah peruntungan di luar negeri. Kesempatan datang saat Red Star menghadapi Ponziana Trieste pada laga persahabatan, Maret 1947.
"Saya bukan satu-satunya pemain yang mencoba kabur. Tapi yang lain takut, sedangkan saya jauh lebih sikap. Saya mengambil uang ibu dan menjahitnya di lipatan jaket. Berbekal uang tersebut, saya jadi pengungsi kaya di Italia," ungkap Aleksandar.
Dia lalu bergabung dengan AC Milan. Namun, pemerintah menetapkannya sebagai musuh negara karena membelot. Aleksandar hanya membela I Rossoneri di satu laga.
Tidak hilang harapan, Aleksandar pergi ke Padova. Dia membantu tim menjadi juara Serie B 1948. Sayang keberadaannya di sana tidak bertahan lama.
Aleksandar pergi ke pusat pengungsi di ibu kota. Di sana dia menarik perhatian pemandu bakat AS Roma. Tidak butuh waktu lama, Aleksandar jadi andalan dan penyelamat tim untuk menghindari degradasi Serie A 1950.
Setelah itu Aleksandar merantau ke Novara dan kembali jadi pujaan suporter.
Advertisement
Keliling Dunia
Pada dasarnya memiliki jiwa petualangan, Aleksandar menyeberang ke Prancis untuk membela Racing Club Paris. Setelah itu dia pergi ke Atletico Madrid untuk dilatih pelatih legendaris Helenio Herrera.
Namun, Aleksandar hanya tampil di satu laga resmi. Nasib kemudian membawanya ke Kanada, Thailand, Hong Kong, dan Australia. Pada titik ini Aleksandar sudah pensiun dari sepak bola.
Di Negeri Kanguru dia mencoba berbisnis dengan pengungsi lain dari Yugoslavia. Sayang Aleksandar ditipu dan kehilangan harta.
Pemandu Wisata
Momen penting hadir pada 1963. Tito memberi pengampunan kepada ribuan orang yang dicap musuh negara, termasuk Aleksandar.
Dia akhirnya pulang ke kampung halaman. Salah satu mantan rekannya di Red Star memberinya pekerjaan sebagai pemandu wisata. Aleksandar menjalankan profesi tersebut selama 23 tahun. Dia meninggal pada 1999 di usia 78 tahun.
Advertisement