Liputan6.com, Jakarta Dalam menangani COVID-19 pemerintah telah melakukan berbagai upaya salah satunya testing status masyarakat.
Namun, testing perlu dilakukan secara ideal. Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU(K), kapasitas testing yang ideal perlu mempertimbangkan aspek diskrepansi (ketidakcocokan) antar-provinsi atau wilayah.
Advertisement
Dalam melakukan tes COVID-19, diperlukan pula pengoptimalan peran Puskesmas dan potensi pemeriksaan tes rapid antigen.
“Untuk level operasional (perihal standar ideal kapasitas tes) yang paling bagus ada di kecamatan. Kenapa? Karena di kecamatan ada Puskesmas,” ujar Akmal dalam diskusi daring Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Jumat (12/3/2021).
“Menurut saya, keberadaan data angka testing dan sebagainya perlu sesuai dengan jumlah penduduk. Puskesmas bisa mengawal angka-angka itu,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan beberapa usulan terkait testing COVID-19. Pertama, data-data dari setiap kecamatan perlu dicatat dan dikumpulkan.
“Data-data itu yang perlu dikejar sehingga kita bekerja dengan dasar-dasar yang jelas.”
Kedua, keberadaan rapid test antigen juga menjanjikan untuk mendapatkan kasus lebih cepat dan quality assurance-nya juga harus jelas, kata Akmal.
“Begitu mulai banyak pemeriksaan rapid test antigen, semisal dari Litbangkes kita punya 450 (lab) sekian yang bisa memeriksa PCR, artinya point of services dari PCR test ada di 450 lab. Sekarang, kalau antigen itu dikerjakan di 1.000 titik, artinya diperlukan quality assurance di 1.000 titik juga.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Penguatan Puskesmas
Dalam penguatan atau pengoptimalan peran Puskesmas, CISDI menjalankan program Pencerah Nusantara COVID-19 (PN). Dalam program ini, ada 13 tenaga kesehatan muda yang dikirim ke 8 Puskesmas di Bandung dan Jakarta.
Kepala Puskesmas Cigondewah, Bandung, dr. Dwi Nur Hidayati, menyebut kehadiran Tim Pencerah Nusantara COVID-19 membuat masyarakat tidak lagi takut mendengar informasi mengenai COVID-19.
“Stigma di masa awal pandemi (terhadap tenaga kesehatan) sangat kuat. Meski begitu, Tim PN COVID-19 mampu membantu mendorong perubahan masyarakat melalui pembuatan poster berbahasa Sunda,” ujar Dwi dalam acara yang sama.
Dwi berharap Kementerian Kesehatan bisa mengakomodasi program seperti PN COVID-19 agar bisa direplikasi di tingkat kelurahan.
“Saya pribadi berharap, ada replikasi Tim PN COVID-19 ini di semua kelurahan. Puskesmas kami, sebagai contoh, bekerja untuk tiga kelurahan. Dengan begitu, peran Puskesmas akan terasa lebih diperkuat di tengah-tengah masyarakat.”
“Kemudian, kami juga berharap masyarakat mulai dan mau melaksanakan tes karena semakin ke sini kami melihat ketika ditawarkan untuk tes karena memiliki gejala COVID-19, mereka mulai agak takut.”
Karena itu, berita-berita yang bernada negatif baiknya diminimalisasi, lanjut Dwi. Sebaiknya, perbanyak berita-berita positif yang akan mempermudah kinerja Puskesmas dalam melaksanakan tes hingga vaksinasi, tutupnya.
Advertisement