Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, G Budisatrio Djiwandono mendesak pemerintah agar mengkaji ulang rencana mengimpor 1 juta ton beras. Sebab, menurutnya pengumuman rencana impor itu meningkatkan resiko semakin rendahnya harga gabah di Indonesia
"Pemerintah tidak seharusnya mengumumkan rencana impor beras 1 juta ton, karena dapat menyebabkan harga gabah di kalangan petani turun drastis," ujar Budi di Jakarta, Sabtu (13/3/2021).
Advertisement
Legislator Fraksi Partai Gerindra ini menerangkan, harga gabah petani sudah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP), seperti di Blora hanya Rp3.300 per kilogram (kg), di Kendal Rp3.600 per kg dan di Ngawi Rp3.400 per kg. Sedangkan berdasarkan Permendag Nomor 24 Tahun 2020, seharusnya HPP untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp4.200 per kg.
Berdasarkan data Bulog yang diolah oleh Badan Ketahanan Pangan pada 7 Maret 2021 lalu, stok beras Bulog sebesar 869.151 ton, yang terdiri dari stok komersial sebesar 25.828 ton dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 843.647 ton. Padahal seharusnya, CBP minimal 1,5 juta ton.
Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi periode Januari-April Tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 14,54 juta ton beras dan mengalami kenaikan 3,08 juta ton (26,84 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada subround yang sama tahun 2020 sebesar 11,46 juta ton. Melihat potensi produksi panen raya tahun 2021, seharusnya pemenuhan stok beras bisa cukup dengan menyerap produksi dalam negeri.
Potensi luas panen padi pada subround Januari–April 2021 mencapai 4,86 juta hektar atau mengalami kenaikan sekitar 1,02 juta hektar dibandingkan subround Januari-April 2020 yang sebesar 3,84 juta hektar. Memperhatikan kondisi tersebut, dia meminta pemerintah untuk wajib memenuhi stok Bulog sekaligus cadangan beras dengan menyerap beras dan gabah dari petani Indonesia, bukan dari luar negeri.
"Pemerintah wajib memberikan kesempatan dan mendukung Perum Bulog untuk melakukan penyerapan beras dan gabah petani serta membantu Perum Bulog dalam penyaluran beras tersebut," tegas wakil rakyat dapil Kalimantan Timur itu.
Lebih lanjut, dirinya berharap pemerintah segera merealisasikan janji tahun 2020 untuk membantu 2,76 juta petani miskin serta membentuk Badan Pangan nasional sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Beras Premium Turun pada Februari 2021, Jadi Berapa?
Harga beras premium di penggilingan pada Februari 2021 rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,08 persen dibanding bulan sebelumnya. Di mana posisi Februari 2020 beras di penggilangan tercatat sebesar Rp 9.772, per kilogram (kg).
Sementara beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp 9.386 per kg, juga alami penurunan sebesar 0,20 persen. Sedangkan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp 9.146 per kg, atau naik sebesar 1,21 persen.
"Untuk harga beras di penggilingan, premium di Februari 2021 sebesar Rp 9.772 per kg, artinya turun 0,08 persen dibandingkan Januari 2021. Penurunan harga beras ini tidak terjadi pada premium tapi juga medium, sementara luar kualitas naik 1,21 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (1/3/2021).
Sementara itu, jika digabungkan pergerakan rata-rata harga gabah dan beras, di Februari gabah petani turun 3,31 persen, akibat banyak wilayah yang panen. Sementara beras di penggilingan turun, karena harga di grosir juga turun 0,05 persen.
"Bisa disimpulkan harga beras stabil dan kita harap tetap stabil di 2021," kata dia.
Adapun selama Februari 2021, survei harga produsen beras di penggilingan dilakukan terhadap 1.210 observasi beras di penggilingan pada 882 perusahaan penggilingan di 31 provinsi.
Dia menambahkan, untuk rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Februari 2021 Rp 4.758 per kg atau turun 3,31 persen. Di tingkat penggilingan, harganya sebesar Rp4.863 per kg juga turun 3,24 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
"Di sisi lain karena curah hujan tinggi terjadi penurnan kualitas gabah, karena kadar air meningkat menjadi 19 persem.. Karena pasokan sudah mulai banyak dan adaya penurnan kualitas gabah menyebabkan GKP alami penurnan. Jadi catatan pergerakan gabah itu berbeda-beda, jadi yang di sini adalah rata-rata nasional," jelasnya.
Rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani Rp5.320 per kg atau turun 0,03 persen dan di tingkat penggilingan Rp5.431 per kg atau turun 0,01 persen. Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp4.340 per kg atau naik 3,08 persen dan di tingkat penggilingan Rp4.447 per kg atau turun 2,95 persen.
Advertisement