Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa ada empat pilar yang harus dipenuhi dalam merespon dan menghadapi pandemi COVID-19.
Hal tersebut ia ungkapkan dalam peluncuran kemitraan antara World Health Organization, Uni Eropa, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dalam kesiapsiagaan dan respon pandemi COVID-19 secara virtual pada Jumat pekan ini.
Advertisement
Pilar pertama adalah diagnostik. Hal ini berarti memperkuat upaya 3T: tes (testing), telusur (tracing), dan isolasi atau tindak lanjut (treatment).
"Ini pilar yang penting karena berarti mengidentifikasi siapa yang terinfeksi dan mengurangi penyebaran virus dengan cepat. Ini juga pilar yang perlu Indonesia tingkatkan," kata Menkes, ditulis Minggu (14/3/2021).
Pilar kedua adalah pengobatan atau terapeutik. Menurut Budi, ini berarti bagaimana penanganan mereka yang jatuh sakit.
"Saya setuju untuk ini, Indonesia cukup baik dalam melakukannya. Karena saya melihat berkembangnya pengobatan, obat-obatan, dan akses ke dokter, semakin baik. Serta jumlah tempat tidur isolasi juga masih cukup, bahkan dalam puncak kasus Januari lalu," kata Budi Gunadi.
Ia menambahkan, saat ini Kemenkes sedang berupaya untuk menambahkan tempat tidur untuk mempersiapkan adanya lonjakan kasus lain, yang tentunya tidak diharapkan.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Setiap Pandemi Menghasilkan Perubahan Perilaku
Pilar ketiga adalah vaksinasi. Budi mengungkapkan, Indonesia berupaya untuk meningkatkan jumlahnya dalam mencapai satu juta vaksinasi dalam satu hari. "Ini tergantung ketersediaan vaksin, tetapi kami berharap dapat menyelesaikan vaksinasi pada akhir tahun ini."
Pilar keempat yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana memperkuat sistem kesehatan masyarakat. Budi mengatakan, di sini termasuk memperkuat puskesmas untuk melakukan edukasi masyarakat, terkait protokol kesehatan.
"Setiap pandemi meninggalkan perubahan perilaku," katanya. Ia mencontohkan salah satu pandemi terbesar di dunia yaitu Black Death atau Wabah Hitam, yang memakan korban hingga jutaan nyawa di Eropa.
"Itu butuh banyak perubahan perilaku. Bagaimana cara kita mencuci tangan menggunakan sabun, cara kita menggosok gigi dengan pasta gigi. Mengubah perilaku mencuci tangan saat ini hal yang kecil, tetapi saat itu adalah perubahan perilaku yang besar," kata Menkes.
Budi pun mengatakan bahwa, "Setiap pandemi tidak akan selesai dalam setahun, itu akan selesai dalam beberapa tahun."
"Setiap pandemi membutuhkan masyarakat untuk mengubah perilaku. Dan itulah mengapa sangat penting kita bisa memperkuat sistem kesehatan masyarakat, yang bisa mengedukasi masyarakat Indonesia yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau."
Advertisement