Investor AS Beralih ke Sektor Saham Keuangan dan Energi, Tinggalkan Teknologi

Indeks saham S&P 500 terutama saham energi berkinerja terbaik pada 2021, naik 40 persen. Pada pekan ini, saham konsumsi, properti dan utilitas mencatatkan performa terbaik.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mar 2021, 14:45 WIB
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Investor akhirnya meninggalkan saham teknologi setelah mencatat kinerja terbaik dalam satu dekade.

Selama empat minggu berturut-turut indeks saham Nasdaq ikuti Dow Jones. Ini merupakan rekor terpanjang sejak April-Mei 2016 yang merupakan satu-satunya sejak 2011, indeks Dow Jones kalahkan Nasdaq.

Pelaku pasar telah memprediksi saham teknologi akan mereda selama bertahun-tahun dan konsisten salah. Hal ini seiring meningkatnya dominasi perusahaan besar seperti Apple dan Amazon serta hiruk pikuk di Tesla, dan pergeseran besar-besaran dalam pengeluaran untuk komputasi awan.

“Sudah bertahun-tahun frustasi mencoba untuk mendapatkan perdagangan dengan benar,” ujar Chief Investment Officer Cresset, Jack Ablin seperti dilansir dari CNBC, Minggu (14/3/2021).

Ablin menuturkan, kali ini terasa berbeda. Mulai kuartal IV, perusahaannya meluncurkan strategi dividen berkualitas baru memindahkan aset investasi investor dari teknologi ke sektor industri, keuangan, bahan baku dan energi.

Ia mengatakan, sejumlah sentimen yang pengaruhi pasar antara lain dari upaya Partai Demokrat untuk pemilihan November, diikuti paket stimulus besar yang akan memompa uang ke dalam perekonomian, dan berpotensi mengarah ke inflasi dan suku bunga lebih tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Ilustrasi obligasi

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun ke posisi 1,642 persen. Kenaikan suku bunga memberi investor insentif untuk mengalihkan uang ke pendapatan tetap, sementara inflasi cenderung berdampak besar pada pertumbuhan perusahaan karena mengurangi harapan untuk keuntungan ke depan.

Sementara itu, paket bantuan COVID-19 senilai USD 1,9 triliun yang diteken Presiden AS Joe Biden pada Kamis, 11 Maret 2021 akan mengiriman bantuan langsung kepada sebagian besar warga AS sebesar USD 1.400, dan akan memperluas kredit serta memberikan bantuan persewaan dan utilitas.

Joe Biden juga mengatakan semua orang dewasa yang memenuhi syarat akan mendapatkan vaksin COVID-19 paling lambat 1 Mei. Pemulihan ekonomi tampaknya siap untuk pemulihan besar pada 2021.

"Ada permintaan terpendam untuk benar-benar pergi keluar dan melakukan sesuatu, berlibur, pergi ke bar dan restoran. Orang-orang akan mengambil semua uang dan akan membelanjakannya,” ujar Ablin.

Di sisi lain meski Biden dan Partai Demokrat fokus pada perluasan alternatif energi hijau, prospek perjalanan dan kembali bekerja saat ini menguntungkan perusahaan minyak dan gas konvensional.


Saham Energi Menguat

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks saham S&P 500 terutama saham energi berkinerja terbaik pada 2021, naik 40 persen. Pada pekan ini, saham konsumsi, properti dan utilitas mencatatkan performa terbaik.

Indeks saham Dow Jones naik 4,1 persen pada pekan ini ke posisi 32.778,64. Setelah tiga minggu berturut-turut turun, indeks saham Nasdaq naik 3,1 persen menjadi 13.319,87. Pada 2021, indeks saham Dow Jones naik 7,1 persen dan Nasdaq menguat 3,4 persen.

Ablin mengetahui, saat ini masih terlalu dini untuk merayakan kemenangan seiring saham teknologi yang melemah. Meski sektor saham teknolgi melemah, aliran dana masih ke aset yang lebih spekulatif seperti bitcoin. Valuasi bitcoin hampir naik dua kali lipat pada 2021.

Ablin menuturkan, jika penerima uang stimulus memilih investasi berisiko dari pada bepergian dan membeli barang konsumsi, pasar dapat terlihat sangat berbeda dalam beberapa bulan mendatang.

"Jika benar-benar tidak dibelanjakan tetapi dibajak ke pasar, itu akan menarik permadani dari tesis kami. Misalkan jika alih-alih berlibur, mereka pergi membeli saham Tesla,” ujar dia.

Saham Tesla melonjak 16 persen pada pekan ini. Akan tetapi, saham Tesla turun 30 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya