Liputan6.com, Jakarta - Kinerja saham emiten dengan kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) beragam sepanjang 2021. Emiten dengan nilai kapitalisasi pasar saham di atas Rp 100 triliun ini mencatatkan kinerja saham tidak setinggi lapis kedua dan ketiga.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI yang mencapai Rp 826 triliun, kinerja sahamnya turun tipis sepanjang 2021.
Mengutip data RTI, saham BBCA melemah terbatas 0,07 persen ke posisi Rp 33.825 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 12 Maret 2021.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, saham BBCA cukup aktif ditransaksikan dengan total frekuensi perdagangan 760.394 kali dengan nilai transaksi Rp 33,6 triliun.
Sementara itu, kinerja saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menguat sepanjang 2021. Hingga penutupan perdagangan saham, Jumat, 12 Maret 2021, saham BBRI naik 9,83 persen ke posisi Rp 4.580 per saham. Saham BBRI sempat di level tertinggi 4.950 dan terendah 3.960 per saham.
Total frekuensi perdagangan saham BBRI dengan kapitalisasi pasar Rp 559 triliun ini mencapai 1.336.917 kali dengan nilai transaksi Rp 37,4 triliun.
Penguatan harga saham juga dialami PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Saham TLKM naik tipis 4,23 persen ke posisi Rp 3.450 per saham.
Saham TLKM juga aktif ditransaksikan dengan total frekuensi perdagangan mencapai 1.112.123 kali dengan nilai transaksi Rp 25,7 triliun. Adapun kapitalisasi pasar saham Telkom mencapai Rp 342 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kapitalisasi Pasar Saham Bank Mandiri-HMSP
Emiten bank lainnya dengan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI juga mencatat kenaikan harga saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 6,32 persen ke posisi Rp 6.725 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 717.180 kali dengan nilai transaksi Rp 23,3 triliun. Adapun kapitalisasi pasar saham BMRI mencapai Rp 311 triliun.
Di sektor konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham Rp 256 triliun per 12 Maret 2021 membukukan penurunan kinerja saham. Hingga 12 Maret 2021, saham UNVR turun 8,84 persen ke posisi Rp 6.700 per saham.
Selain itu, saham PT Astra International Tbk (ASII) juga melemah kinerja sahamnya. Emiten dengan kapitalisasi pasar saham Rp 222 triliun ini mencatatkan penurunan kinerja saham 9,13 persen ke posisi Rp 5.475 per saham.
Advertisement
Kapitalisasi Pasar Saham TPIA
Sementara itu, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) naik 16,53 persen ke posisi Rp 10.575 per saham. Total frekuensi perdagangan saham TPIA 63.727 kali dengan nilai transaksi Rp 2 triliun. Kapitalisasi pasar saham TPIA tercatat Rp 189 triliun.
Di sisi lain saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) melemah sepanjang 2021. Saham HMSP susut 4,65 persen sepanjang 2021 . Saham HMSP berada di posisi Rp 1.435 per saham pada penutupan perdagangan saham Jumat, 12 Maret 2021. Kapitalisasi pasar saham HMSP tercatat Rp 167 triliun hingga 12 Maret 2021.
Di antara emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) alami kenaikan signifikan. Saham ARTO melonjak 164,5 persen ke posisi Rp 11.375 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 213.092 kali. Kapitalisasi pasar saham ARTO tercatat Rp 122 triliun per 12 Maret 2021.
Sementara itu, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mencatat kapitalisasi pasar saham Rp 121 triliun. Adapun PT Elang Mahkota Teknologi Tbk melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split pada 11 Januari 2021.
Perseroan melakukan stock split dengan rasio 1:10 yang artinya nilai nominal saham lama Rp 200 menjadi Rp 20. Saham EMTK kini ditransaksikan dengan nilai nominal baru. Pada penutupan perdagangan Jumat, 8 Januari 2021, saham EMTK berada di level Rp 16.300. Saham EMTK berada di posisi Rp 2.150 per saham pada 12 Maret 2021.
Kata Analis
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menuturkan, investor asing melepas saham kapitalisasi besar seiring volatilitas imbal hasil obligasi Amerika Serikat. Hal tersebut menekan pasar saham termasuk emiten dengan kapitalisasi pasar saham besar.
Adapun sektor saham konsumsi seperti UNVR yang melemah, Hans menilai hal tersebut didorong pandemi COVID-19 yang terjadi. Pelaku pasarr melepas saham defensif. “Saham UNVR tidak turun banyak ketika mulai terjadi pandemi COVID-19. (Sekarang-red) lepas saham defensif dan beralih ke sektor siklikal tergantung pemulihan ekonomi seperti keuangan, pariwisata, otomotif,” ujar dia.
Adapun hans merekomendasikan untuk buy on weakness saham-saham dengan emiten kapitalisasi pasar terbesar. “Buy on weakess, untuk UNVR bisa jangka panjang,” kata dia.
Advertisement