Liputan6.com, Jakarta Bima Kurniawan (34) adalah seorang penyandang tunanetra yang baru-baru ini terjun ke dunia cek fakta.
Cek fakta adalah kegiatan untuk mencari kebenaran dari suatu berita dan memberantas berita-berita bohong.
Advertisement
Menurut Bima, kegiatan cek fakta sangat cocok untuk penyandang tunanetra mengingat orang dengan disabilitas netra sangat rentan termakan berita bohong atau hoaks.
“Tunanetra rentan sekali, kami itu tidak bisa melihat, kami untuk membaca itu menggunakan aplikasi pembaca layar,” ujar Bima kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Senin (15/3/2021).
“Ketika ada berita yang kami tidak tahu sumbernya tetapi itu meyakinkan ya sekitar 80 persen dari kami kemungkinan bisa terjerat,” tambahnya.
Jadi, lanjutnya, penyandang disabilitas butuh sekali informasi dan teknologi dengan sumber yang valid sehingga tidak mudah termakan berita bohong.
Meski demikian, Bima menyampaikan bahwa tidak semua penyandang disabilitas netra memiliki akomodasi yang sama. Ada yang memiliki ponsel pintar yang akses untuk membaca gambar dan foto ada pula yang tidak, katanya.
“Hambatan bagi penyandang tunanetra sendiri adalah ketika ada informasi berupa gambar, foto, atau poster, kita sebagian ada yang tidak mampu mengakses hal-hal tersebut, kelemahannya seperti itu.”
Simak Video Berikut Ini
Awal Masuk Pegiat Cek Fakta
Awalnya, pria yang berprofesi sebagai guru bahasa Prancis ini mengikuti kegiatan cek fakta tentang vaksin COVID-19 sebulan yang lalu.
“Saya pikir ini hal baik, saya daftar kemudian ada pertanyaan apa saya bersedia masuk grup pegiat cek fakta? Saya bersedia.”
Salah satu alasannya masuk ke grup tersebut adalah banyaknya hoaks yang tersebar dan terlihat benar padahal itu adalah berita bohong.
“Makanya saya ikut ke dalam grup cek fakta agar bisa mengecek kebenaran berita.”
Perbedaan yang ia rasakan setelah masuk ke grup pegiat cek fakta adalah lebih mengetahui fakta-fakta sebenarnya dari berbagai berita bohong yang tersebar.
Advertisement