Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian ilmu saraf terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa penggunaan kartu kredit dapat merangsang sistem hadiah (reward) dalam otak Anda yang kemudian dapat berdampak pada dorongan untuk berbelanja lebih banyak dibanding yang diperlukan.
Drazen Prelec, selaku penulis studi dan profesor di MIT Sloan School of Management, dalam rilisnya seperti yang dikutip dari CNBC, Rabu (17/03/2021), menuturkan bahwa belanja dengan menggunakan kartu kredit seringkali membuat kita terjebak pada keinginan membeli yang lebih tinggi di masa depan.
Advertisement
Perilaku dimana orang cenderung belanja lebih banyak ketika membayar dengan kartu kredit dibandingkan dengan uang tunai sebenarnya telah menjadi hasil dari penelitian sebelumnya.
Namun untuk studi baru ini, para peneliti melakukan pengembangan dengan menggunakan mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat apa yang terjadi pada otak ketika orang diminta untuk membeli barang, baik dengan uang tunai maupun kartu kredit.
Saat berada di dalam MRI, partisipan kemudian diperlihatkan berbagai item di layar, mulai dari video game hingga produk kecantikan yang kemudian bisa mereka tambahkan ke keranjang belanja mereka. Lalu, mereka memiliki pilihan untuk membayar produk dengan uang tunai USD 50 atau kartu kredit.
Hasilnya, orang-orang lebih bersedia membeli barang-barang yang lebih mahal dengan kartu kredit daripada uang tunai dan menghabiskan lebih banyak uang secara keseluruhan saat menggunakan kartu kredit.
Ketika orang membeli barang dengan kartu kredit, MRI menunjukkan bahwa wilayah sistem hadiah (reward) di otak, yang disebut striatum, telah diaktifkan. Striatum bertanggung jawab untuk melepaskan dopamin dan terlibat dalam proses terciptanya perasaan senang dan bahkan kecanduan.
"Jaringan hadiah di otak diaktifkan oleh pembelian dengan menggunakan kartu kredit," kata Prelec.
Hadiah yang dimaksud, meliputi potensi cashback, diskon produk tertentu, kupon makan, hingga imbalan tiket perjalanan gratis yang siap diperebutkan oleh para pengguna semakin sering mereka menggunakan kartu kredit yang dimiliki. Berbeda dengan pembayaran tunai yang tidak memiliki sistem ini.
Saksikan Video Ini
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Prelec menulis bahwa ketika seseorang telah terbiasa menggunakan kartu kredit sebagai metode pembayaran favoritnya maka jaringan otak "telah secara kronis lebih peka oleh pengalaman sebelumnya dengan kartu kredit”
Di mana tindakan menggesek kartu kredit cenderung dikaitkan dengan pembelian yang bisa menimbulkan perasaan senang.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa membayar dengan kartu kredit dapat mengesampingkan faktor penting lain, seperti biaya karena Anda dapat menunda pembayaran kartu kredit.
Kenyamanan dan kemudahan semacam ini berhasil memisahkan antara pembelian dan pembayaran dalam pikiran Anda.
Hal ini disebabkan karena Anda tidak perlu mengalami kesulitan mempertimbangkan faktor harga, seperti yang Anda lakukan ketika menggunakan uang tunai.
Studi ini mendorong setiap pengguna untuk memikirkan kembali pola penggunaan kartu kredit mereka selama ini, apakah memang digunakan untuk keperluan yang penting atau justru digunakan untuk membeli sejumlah item yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya demi mengejar sistem hadiah (reward).
Prelec mengatakan bahwa aktivitas saraf berubah tergantung pada kartu: "Kartu yang Anda gunakan untuk restoran dan liburan menciptakan selera belanja yang berbeda dari kartu yang Anda gunakan untuk membeli bensin," katanya.
“Saat konsumen mengadopsi sistem pembayaran baru, seperti pembayaran nontunai, maka penting bagi orang-orang untuk memahami bagaimana mekanisme ini mempengaruhi kebiasaan belanja kita,” pungkas Prelec.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Advertisement