AstraZeneca Klaim Tak Temukan Bukti Vaksinnya Berefek Pembekuan Darah

AstraZeneca mengklaim bahwa masih belum ada bukti bahwa vaksin COVID-19nya mengakibatkan membekuan darah seperti kasus yang dilaporkan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Mar 2021, 11:01 WIB
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, London - AstraZeneca menyatakan tinjauan data keamanan orang yang divaksinasi dengan vaksin COVID-19 tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko pembekuan darah.

Tinjauan AstraZeneca, yang mencakup lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa, dilakukan setelah otoritas kesehatan di beberapa negara menangguhkan penggunaan vaksinnya karena masalah pembekuan darah, seperti mengutip laman Channel News Asia, Senin (15/3/2021).

Peninjauan yang cermat terhadap semua data keamanan yang tersedia dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam usia tertentu, jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu," kata perusahaan itu.

Sebelumnya, pihak berwenang di Irlandia, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Belanda telah menangguhkan penggunaan vaksin karena masalah pembekuan, sementara Austria berhenti menggunakan serangkaian suntikan AstraZeneca pekan lalu saat menyelidiki kematian akibat gangguan koagulasi.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Laporan Pembekuan Darah

Botol kosong vaksin COVID-19 AstraZeneca terlihat selama sesi pelatihan cara memberikan suntikan vaksin COVID-19 di Asosiasi Perawat Korea di Seoul, Korea Selatan (17/2/2021). Korsel berencana memulai inokulasi virus COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca pada 26 Februari. (AP Photo/Ahn Young-joon)

"Sangat disesalkan bahwa negara-negara telah menghentikan vaksinasi dengan alasan 'kehati-hatian' seperti itu: berisiko menimbulkan kerugian nyata pada tujuan memvaksinasi cukup banyak orang untuk memperlambat penyebaran virus, dan untuk mengakhiri pandemi," ujar Peter English, seorang pensiunan konsultan pemerintah Inggris dalam pengendalian penyakit menular.

Badan Obat Eropa mengatakan tidak ada indikasi bahwa kejadian itu disebabkan oleh vaksinasi, pandangan yang digaungkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Jumat. Produsen obat itu mengatakan, sejauh ini 15 peristiwa trombosis vena dalam dan 22 peristiwa emboli paru telah dilaporkan, yang serupa dengan vaksin COVID-19 berlisensi lainnya.

Perusahaan mengatakan pengujian tambahan telah dan sedang dilakukan oleh perusahaan dan otoritas kesehatan Eropa dan tidak ada tes ulang yang menunjukkan kekhawatiran. Laporan keamanan bulanan akan dipublikasikan di situs web EMA pada minggu berikutnya, kata AstraZeneca.

Vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford, telah diizinkan untuk digunakan di Uni Eropa dan banyak negara tetapi belum oleh regulator AS. Perusahaan sedang mempersiapkan untuk mengajukan otorisasi penggunaan darurat AS dan mengharapkan data dari uji coba Fase III AS akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang.


Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Sinovac:

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya