Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2021 kembali surplus. Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 surplus USD 2,00 miliar dengan nilai ekspor USD 15,27 miliar dan impor USD 13,26 miliar.
"Performa ekspor dan impor pada Februari 2021 ini boleh dibilang bagus, karena ekspornya sebesar USD 15,27 miliar berarti secara YoY 8,56 persen. Menggembirakan karena kenaikan ekspornya terjadi di sektor pertanian, indsutri maupun tambang," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).
Advertisement
Secara YoY, ekspor pertanian meningkat 3,16 persen, indsutri 9 persen, tambang 7,53 persen, dan migas 6,90 persen.
Namun secara m-to-m, ekspor migas turun 2,63 persen, pertanian minus 8,96 persen, dan tambang turun 6,71 persen. Hanya sektor indsutri yang tumbuh secara m-to-m sebesar 1,38 persen.
Sementara untuk impor pada Februari 2021 tumbuh dua digit sebesar 14,86 persen. Secara YoY, impor pada sektor barang konsumsi tumbuh 43,59 persen, bahan baku atau penolong 11,53 persen, dan barang modal tumbuh 17,68 persen.
Secara m-to-m, impor barang konsumsi dan bahan baku atau penolong mengalami penurunan. Masing-masing minus 13,78 persen dan 0,50 persen. Hanya impor barnag modal yang tumbuh dibandingkan Januari 2020 sebesar 9,08 persen.
"Kita tentunya berharap peningkatan impor barang baku dan modal menunjukkan bahwa geliat indsutri dan investasi di Tanah Air mulai bergerak bagus," jelas Suhariyanto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonom Ramal Neraca Perdagangan Februari 2021 Surplus Capai USD 2,5 Miliar
Sebelumnya, Neraca perdagangan Februari 2021 diprediksi masih akan surplus. Angkanya bisa mencapai USD 2,5 miliar atau lebih, lebih tinggi daripada realisasi Januari 2021 yang mencapai USD 1,96 miliar.
"Neraca perdagangan prediksi kami akan mencapai angka USD 2,5 miliar atau lebih," kata Ekonom Makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, kepada Liputan6.com, Senin (15/3/2021).
Dia menjelaskan, hal ini didorong meningkatnya ekspor komoditas seperti sawit dan melemahnya impor seiring masih lemahnya perekonomian domestik.
Menurut Riefky, neraca perdagangan Indonesia ke depan masih akan berada di cakupan yang baik. "Untuk semester U 2021 masih terlalu dini menyimpulkan, tapi saya rasa overall masih akan di teritori positif," tuturnya.
Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, juga mengatakan hal serupa. Surplus terjadi karena kondisi ekspor yang masih tinggi, walaupun diprediksi masih di bawah normal.
Hal ini terutama ditopang oleh harga komoditas yang masih tinggi seperti CPO, dan mulai membaiknya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti China.
"Jadi ekspor akan relatif masih bagus di tengah kondisi impor yang masih sangat turun belum ada perbaikan, disebabkan industri kita masih menahan produksi karena pandemi," kata Piter.
Dia menuturkan jika ekspor yang relatif baik dibandingkan impor yang terus turun, menyebabkan surplus neraca perdagangan masih terjaga.
Advertisement