Sektor Nonmigas Kuasai 94,36 Persen Ekspor Indonesia di Februari 2021

Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor selama Februari antara lain besi dan baja, bahan bakar minyak, kendaraan dan bagiannya serta logam mulia.

oleh Andina Librianty diperbarui 15 Mar 2021, 13:03 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 mencapai USD 15,27 miliar. Jumlahnya turun 0,19 persen dibandingkan ekspor Januari 2021, tapi secara YoY tumbuh 8,56 persen.

Sektor ekspor utama Indonesia adalah migas, pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan. Berdasarkan struktur ekspor menurut sektor, nonmigas menyumbang 94,36 persen dari total ekspor Februari 2021.

"Struktur ekspor kita tidak berubah yaitu 94,36 persennya berasal dari ekspor nonmigas," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Secara YoY, ekspor pertanian meningkat 3,16 persen, industri 9 persen, tambang 7,53 persen, dan migas 6,90 persen.

Namun secara m-to-m, ekspor migas turun 2,63 persen, pertanian minus 8,96 persen, dan tambang turun 6,71 persen. Hanya sektor industri yang tumbuh secara m-to-m sebesar 1,38 persen.

"Kalau dilihat month to month memang ada sedikit penurunan dari ekspor Februari 2021 yaitu turun tipis sebesar 0,19 persen," tutur Suhariyanto.

Penurunan ekspor ini terjadi karena ada penurunan ekspor migas sebesar 2,63 persen. Sementara ekspor nonmigas turun sangat tipis 0,04 persen.

Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor selama Februari antara lain besi dan baja (HS 72), bahan bakar minyak (HS 27), kendaraan dan bagiannya (HS 87), logam mulia, perhiasan atau permata (HS 71), dan bahan kimia organik (HS 29). Ekspor besi dan baja paling besar dengan peningkatan nilai USD 240,7 juta.

Sementara ekspor yang mengalami penurunan antara lain lemak dan minyak hewan atau nabati (HS 15), bijih, terak, dan abu logam (HS 26), pulp dari kayu (HS 47), mesin dan peralatan mekanis (HS 84). Dalam golongan ini, lemak dan minyak hewan atau nabati mengalami penurunan sebesar USD 639,5 juta.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BPS: Neraca Perdagangan Februari 2021 Surplus USD 2 Miliar

Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2019 menurun. Total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,28 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2021 kembali surplus. Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 surplus USD 2,00 miliar dengan nilai ekspor USD 15,27 miliar dan impor USD 13,26 miliar.

"Performa ekspor dan impor pada Februari 2021 ini boleh dibilang bagus, karena ekspornya sebesar USD 15,27 miliar berarti secara YoY 8,56 persen. Menggembirakan karena kenaikan ekspornya terjadi di sektor pertanian, indsutri maupun tambang," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Secara YoY, ekspor pertanian meningkat 3,16 persen, indsutri 9 persen, tambang 7,53 persen, dan migas 6,90 persen.

Namun secara m-to-m, ekspor migas turun 2,63 persen, pertanian minus 8,96 persen, dan tambang turun 6,71 persen. Hanya sektor indsutri yang tumbuh secara m-to-m sebesar 1,38 persen.

Sementara untuk impor pada Februari 2021 tumbuh dua digit sebesar 14,86 persen. Secara YoY, impor pada sektor barang konsumsi tumbuh 43,59 persen, bahan baku atau penolong 11,53 persen, dan barang modal tumbuh 17,68 persen.

Secara m-to-m, impor barang konsumsi dan bahan baku atau penolong mengalami penurunan. Masing-masing minus 13,78 persen dan 0,50 persen. Hanya impor barnag modal yang tumbuh dibandingkan Januari 2020 sebesar 9,08 persen.

"Kita tentunya berharap peningkatan impor barang baku dan modal menunjukkan bahwa geliat indsutri dan investasi di Tanah Air mulai bergerak bagus," jelas Suhariyanto.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya