Liputan6.com, Jakarta - Vaksin COVID-19 Sinovac tahap pertama akan kedaluwarsa pada 25 Maret 2021. Informasi ini dibenarkan oleh Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu.
Menurutnya, vaksin yang akan segera kedaluwarsa itu merupakan vaksin CoronaVac batch 1 yaitu sejumlah 1,2 juta dosis dan 1,8 juta dosis.
Advertisement
Vaksin-vaksin tersebut telah datang ke Indonesia pada Desember 2020 dan Januari 2021 yang diperuntukkan tenaga kesehatan.
Namun, vaksin tersebut telah diberikan seluruhnya kepada penerima vaksin sehingga tidak ada vaksin kedaluwarsa yang diberikan kepada penerima selanjutnya.
“Memang benar kedaluwarsanya di bulan Maret dan itu sudah selesai dipakai, jadi nggak ada lagi vaksin itu karena tenaga kesehatan kita bahkan melebihi target,” ujar Maxi dalam konferensi pers, Senin (15/3/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Menurut Jubir Vaksin COVID-19
Sebelumnya, Juru Bicara vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi juga membenarkan vaksin COVID-19 Sinovac akan memasuki masa kedaluwarsa. Dia menegaskan, vaksin yang hampir kedaluwarsa itu merupakan batch 1.
"Kami sampaikan bahwa yang akan kedaluwarsa merupakan vaksin CoronaVac batch 1 yaitu sejumlah 1,2 juta dosis dan 1,8 juta dosis," kata Nadia saat dihubungi merdeka.com, Minggu (14/3/2021).
Senada dengan Maxi, menurut Nadia, 3 juta dosis vaksin Sinovac atau CoronaVac tersebut sudah diberikan kepada 1.450.000 tenaga kesehatan dan 500.000 petugas pelayanan publik.
"Saat ini, vaksin ini sudah habis kita gunakan," tegasnya.
Advertisement
Menurut Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19
Informasi vaksin Sinovac yang akan segera kedaluwarsa ini juga datang dari Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil.
Menurutnya, vaksin COVID-19 Sinovac hampir memasuki masa kedaluwarsa. Sebab, vaksin produksi China itu sudah berjalan hampir dua tahun.
Kusnandi menjelaskan, pada umumnya, vaksin yang dikembangkan dengan model inaktif atau virus dimatikan hanya berlaku selama dua tahun. Vaksin Sinovac sendiri menggunakan model inaktif.
"Vaksin ini sudah dibikin mungkin sudah hampir dua tahun, karena kita dapatnya yang sekarang ini kan kiriman dari Wuhan (China). Jadi kalau bisa yang sekarang ini dipakai dulu secepat-cepatnya karena sudah hampir dua tahun," ujarnya dalam diskusi virtual, Sabtu (13/3).
Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca
Advertisement