Liputan6.com, Amman - Protes terjadi di Yordania usai warga kecewa atas tindakan pemerintah terhadap penanganan pandemi COVID-19. Ditambah dengan kematian enam orang pasien yang kehabisan oksigen di rumah sakit pada Minggu 14 Maret.
Ratusan orang tumpah ke jalan-jalan yang melanggar jam malam di utara kota Irbid dan beberapa kota provinsi lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Para pengunjuk rasa juga berkumpul di selatan kota Karak dan kota pelabuhan Aqaba, Yordania, demikian dikutip dari laman france24, Senin (15/3/2021).
"Kami tidak takut Virus Corona," teriak ratusan pemuda di Irbid.
Perekonomian Yordania sangat terpukul oleh penutupan yang bertujuan untuk menahan virus.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh Yordania adalah angka pengangguran yang melonjak ke rekor 24 persen dan kemiskinan semakin dalam.
Para pengunjuk rasa menyalahkan pemerintah Yordania karena memburuknya kondisi ekonomi juga menyerukan diakhirinya undang-undang yang mereka anggap 'kejam' yang diberlakukan pada awal pandemi tahun lalu yang digunakan untuk membatasi hak-hak sipil dan politik.
Saksikan Video Berikut Ini:
Akui Bertanggung Jawab
Perdana Menteri Yordania Bisher al Khasawneh memecat menteri kesehatan dan mengatakan dia memikul tanggung jawab penuh atas kematian awal enam pasien virus Corona COVID-19.
Raja Abdullah mengunjungi rumah sakit di Salt, sebuah kota di sebelah barat ibu kota Yordania, Amman, dalam sebuah tindakan yang menurut para pejabat dimaksudkan untuk meredakan ketegangan.
Kemarahan terhadap pihak berwenang atas memburuknya standar hidup, korupsi di masa lalu telah memicu kerusuhan sipil di Yordania.
Advertisement