Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in akan mendapat vaksinasi COVID-19 buatan AstraZeneca. Penyuntikan akan dilakukan sebelum pertemuan G7 di Inggris.
Ibu Negara Kim Jung-sook juga akan disuntik. Jadwalnya 23 Maret 2021. Gedung Biru di Seoul tidak mengungkap lokasi vaksinasi Presiden Moon karena terkait pengamanan.
Baca Juga
Advertisement
Dilaporkan Yonhap, Senin (15/3/2021), vaksin AstraZeneca di Korsel sudah dibolehkan untuk lansia. Usia Presiden Moon saat ini 68 tahun dan ibu negara 67 tahun.
Inggris mengundang Presiden Moon ke G7. Sang presiden pun masuk ke prioritas karena mereka harus melakukan perjalanan internasional untuk acara diplomasi.
Para pejabat Korsel yang akan mendampingi Presiden Moon ke Inggris juga akan menerima vaksin.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksin AstraZeneca di Korsel
Korsel melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca meski ada beberapa kasus kematian di negaranya, serta meski sejumlah negara Eropa yang menahan penggunaan vaksin ini.
Pekan lalu, otoritas kesehatan Korsel menyebut tidak menemukan kaitan antara vaksin COVID-19 dengan kematian beberapa orang.
Beberapa pasien yang meninggal usai divaksin juga mengidap penyakit jangka panjang, seperti masalah jantung.
Presiden Moon ingin disuntik karena ingin menginspirasi masyarakat terkait keamanan dan efikasi vaksin tersebut.
Vaksin AstraZeneca di Korea Selatan adalah buatan lokal dan sudah mendapat izin WHO. Para lansia boleh divaksin pada 23 Maret 2021 mendatang.
Advertisement
Indonesia Belum Mau Pakai AstraZeneca
Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa distribusi vaksin COVID-19 AstraZeneca ditunda.
Keputusan tersebut berdasarkan hasil rapat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama dengan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) beberapa hari lalu.
“BPOM dan ITAGI dua hari lalu sudah mengadakan rapat, hasil rapat itu menyarankan kita menunda dulu distribusinya (AstraZeneca),” ujar Maxi dalam konferensi pers Ombudsman, Senin (15/3/2021).
Ia menambahkan, pihaknya masih menunggu kelanjutan tentang penggunaan vaksin AstraZeneca walau sudah ada Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta BPOM RI.
Penundaan distribusi vaksin Astrazeneca terkait dengan adanya perkembangan laporan yang ada di Eropa. BPOM dan ITAGI melakukan rapat untuk meminta data-data terkait untuk dikaji terlebih dahulu.
“Kami sebenarnya masih menunggu hasil kajian dari BPOM dan ITAGI. Bukan tidak akan digunakan tapi untuk sementara kita menunggu hasil kajian dulu.”
Sebelumnya, Irlandia, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Belanda menangguhkan penggunaan vaksin Astrazeneca karena masalah pembekuan darah. Sementara itu, Austria berhenti menggunakan serangkaian suntikan AstraZeneca pekan lalu saat menyelidiki kematian akibat gangguan koagulasi.
Terkait kasus tersebut, perusahaan farmasi AstraZeneca buka suara usai. Dalam siaran pers di laman resminya, dikutip Senin (15/3/2021), AstraZeneca menegaskan bahwa keamanan adalah hal yang terpenting, dan pihak perusahaan terus memantau keamanan vaksin buatannya.
Mereka mengatakan, berdasarkan peninjauan data keamanan di lebih dari 17 juta penerima vaksin di Uni Eropa dan Inggris, tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam (DVT) atau trombositopenia, pada kelompok usia, jenis kelamin, kelompok tertentu, atau di negara tertentu.
Infografis Vaksin COVID-19:
Advertisement