Liputan6.com, Jakarta Tim Penanganan Satgas COVID-19 angkat bicara di tengah desas-desus bahwa tim ini sembrono dalam membeli alat tes COVID-19 reagen Sansure Biotech sehingga menyebabkan negara rugi ratusan miliar rupiah.
Salah satu tim penanganan COVID-19 pada tahun 2020, Suryopratomo, menyampaikan di awal-awal kasus Corona merupakan masa-masa menegangkan. Tidak ada yang tahu dalam menangani penanganan penyakit akibat virus SARS-CoV-2. Saat itu, kata Suryo, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) belum mengetahui cara penanganan penyakit tersebut.
Advertisement
"Saya ingin mengatakan bahwa di dalam situasi keotik di awal-awal pandemi COVID-19. Lembaga internasional baik Organisasi Kesheatan Dunia (WHO) maupun UNICEF tidak memiliki pegangan baku mengenai tata cara penanganan COVID-19. Semua melakukan dengan trial dan error," katanya.
Satu-satunya cara, kata Suryo, adalah dengan melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Pada saat itu, hanya China dan Korea yang bisa menghasilkan tes PCR.
"Di tengah situasi yang sangat menegangkan, keputusan besar harus diambil. Maka Satgas memutuskan untuk segera mengandalkan tes PCR. Apalagi ketika itu WHO mengatakan empat persen dari jumlah penduduk dilakukan tes," katanya dalam video yang diunggah di YouTube BNPB.
Langkah Tim Satgas Penanganan COVID-19 pada saat itu membeli Reagen Sansure bertujuan semata-mata mengendalikan penularan.
"Sehingga kita bisa secepat meungkin mengetahui masyarakat yang tertular, kemudian bisa dilakukan isolasi atau karantina sehingga tidak menulari orang lain," katanya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Berikut
Mengapa Memilih Reagen Sansure?
Satgas COVID-19 mengungkapkan alasan memilih membeli Reagen Sansure Biotech. Pada saat itu, reagen tersebut dipilih karena stabil.
"Reagen Sansure dipilih karena sangat stabil," kata Tenaga Ahli Ketua Satgas Penanganan COVID-19, dr M Nasser.
Selain itu, reagen ini dipilih karena memiliki sensitivitas serta spesifitas yang baik, lanjut Nasser.
Sesudah membeli reagen Sansure, pada April - Mei 2020 Satgas Penanganan COVID-19 mendistribusikan ke 88 laboratorium yang ada di 31 provinsi.
"Ternyata dari sekian laboratorium ada sejumlah laboratorium yag tidak dapat mengerjakan karena metode ekstrakni RNA kering dan basah tidak dapat dikombinasikan dengan baik," kata Nasser.
Lalu, pada 13 Agustus hasil rapat koordinasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memutuskan bahwa reagen yang tidak dapat digunakan bakal ditarik kembali. Ini termasuk reagen Sansure Biotech.
"Dalam rakor dengan BPKP seluruh reagen yang tidak dapat digunakan itu ditarik dan dilakukan redistribusi. Redistribusi baru selesai awal 2021 lalu," kata Nasser.
Advertisement