Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi optimistis gula tak akan mengalami kenaikan harga jelang Ramadan 2021. Hal tersebut karena pemerintah telah melakukan impot sebanyak 680 ribu ton raw sugar atau bahan mentah gula.
"Saya impor 680 ribu ton raw sugar untuk idle capacity. Yang sekarang sudah digiling itu 148 ribu ton. Dan yang sudah didistribusikan 88.000 ton, jadi artinya masih ada 500 ribuan yang akan terus beredar di masyarakat antara hari ini sampai Lebaran Idul Fitri," katanya, Jakarta, Senin (15/3/2021).
Advertisement
Ketersediaan gula impor tersebut didukung pula oleh hasil panen masyarakat yang diperkirakan mulai menuai pada pertengahan Mei. Panen ini bahkan bisa menjadi cadangan hingga Agustus atau September tahun ini.
"Jadi karena jumlahnya cukup melimpah dibandingkan tahun lalu, saya pastikan tidak akan ada kenaikan yang berarti, apalagi seperti tahun-tahun lalu yang jumlahnya bisa 16 ribu hingga 17 ribu ton," katanya.
Gula impor, kata Lutfi, secara keseluruhan sudah sampai di dalam negeri. Sebagian besar gula impor didatangkan dari India dan Brazil berbeda dengan tahun sebelumnya yang lebih banyak didatangkan dari Australia dan Thailand.
"Sudah hampir semuanya datang, karena memang sebagian yang biasanya kita impor dari Thailand dan Australia, kita mesti impor dari India dan Brazil. Karena harganya di komoditas internasional itu merangkak naik," jelasnya.
Dengan adanya ketersediaan gula yang cukup melimpah, Kementerian Perdagangan meyakini tidak akan ada permainan pasar yang bisa merugikan masyarakat.
"Jadi saya ingin pastikan juga, karena ini barangnya banyak. Jadi pedagang tidak mungkin bisa meng-corner atau memojokan kita," tandas Mendag.
Anggun P. Situmorang
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jelang Panen Raya, Mendag Khawatir Harga Cabai Bakal Anjlok
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, harga cabai rawit merah akan turun. Hal ini karena adanya panen raya di sejumlah daerah. Pada Maret ini, harga cabai turun 10 hingga 12 persen.
Namun ternyata, penurunan tersebut membuatnya khawatir. Hal ini karena ada kemungkinan harga cabai akan berada di bawah standar yang ditentukan.
"Artinya tren penurunan antara 10 hingga 12 persen ini akan terus menjadi penurunan. Dan yang saya takutkan ketika hadapi bulan puasa dan Idul Fitri malah terjadi cabai panen raya besar dan harganya di bawah standar yang kita tentukan," ujarnya, Jakarta, Senin (15/3/2021).
Adapun panen akan terjadi di sentra-sentra pertanian cabai merah, seperti sentra Jawa Timur yang luasnya 9.400 hektare (ha), di Blitar 2.800 ha, di Kediri 1.800 ha. Kemudian Malang 1.800. Selain itu di Jawa Barat 2.000 ha seperti di Garut 500 ha. Ada juga Jawa Tengah di Magelang 2.000 ha.
Selama beberapa bulan ini harga cabai mengalami kenaikan drastis, kata Lutfi, karena adanya gagal panen. Misalnya, Tuban, Kediri dan Blitar kurang lebih mengalami kerusakan panen hingga 40 persen sementara di Sulawesi Selatan rusak sampai 70 persen.
"Di Tuban, Kediri dan Blitar, Jawa TImur terjadi kerusakan panen kurang lebih 40 persen. Di Wajo, Sulawesi Selatan terjadi kerusakan kurang lebih 70 persen. Karena itu harga daripada cabai merah besar, cabai keriting, cabai rawit merah terjadi kenaikan harga yang stabil, tapi tinggi," katanya.
Berdasarkan pemantauan harga oleh Kementerian Perdagangan, harga cabai rawit merah per 12 Maret 2021 sebesar Rp 96.247 per kilogram (kg), naik 22,48 persen dibandingkan per 11 Februari 2021 sebesar Rp 74.607 per kg. Namun jika dibandingkan dengan tren harian, harga cabai rawit merah diklaim sudah turun. Pada 10 Maret 2021, harga cabai rawit merah sebesar Rp 96.717 per kg.
Advertisement