Kekeringan Mulai Landa Aceh Utara, Kementan Sarankan Petani Gunakan Asuransi

Kekeringan mulai terjadi di Aceh Utara.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mar 2021, 12:09 WIB
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kekeringan mulai terjadi di Aceh Utara. Akibatnya, sekitar 90-an hektare lahan sawah di Desa Paya Beunot, Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara, diprediksi mengalami gagal panen. Kementerian Pertanian mengajak petani untuk memanfaatkan asuransi agar terhindar dari kerugian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani harus mengantisipasi gangguan yang dapat menyebabkan gagal panen.

"Petani dituntut untuk terus menjaga lahannya dari potensi gagal panen. Ada beberapa penyebab yang bisa mengganggu pertanian, seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim, bencana alam, juga serangan organisme pengganggu tanaman dan hama. Asuransi akan membantu petani untuk menghadapi ancaman-ancaman itu," katanya, Selasa (16/3/2021).

Pentingnya asuransi juga disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy.

"Asuransi akan membantu petani menghadapi kondisi gagal panen. Sehingga petani lebih tenang dalam beraktivitas. Kita pun mengupayakan agar luas lahan ter-cover asuransi bisa bertambah banyak tahun ini sehingga produksi tidak terganggu," jelasnya.

Sarwo Edhy mengatakan, asuransi akan memberikan klaim untuk lahan yang gagal panen.

"Klaim tersebut sebesar Rp 6 juta perhektare. Dana itu bisa dimanfaatkan petani untuk tanam kembali," ujarnya.

Salah seorang petani, Zulkifli Manaf, mengatakan, sekitar 90 hektare sawah yang mengalami kekeringan itu merupakan lahan tadah hujan.

"Selama ini tidak ada sumber air, selain dari air hujan. Makanya dalam setahun, kami hanya dua kali bercocok tanam," ujarnya.

Sedangkan sekarang, menurut Zulkifli, lahan sawah mereka sedang dilanda kekeringan. Akibatnya, tanah sudah retak. Adapun umur tanaman padi di lahan yang kering tersebut, menurutnya, sudah dua bulan.

"Sudah sebulan lahan sawah kami dilanda kekeringan. Bila satu pekan ini tidak turun hujan, kami berpotensi gagal panen," ungkap Zulkifli.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Berkat Embung, Produktivitas Petani Padi di Barru Sulsel Meningkat

Bangunan air seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa dialirkan ke sawah-sawah petani.

Rendahnya curah hujan di tambah pasokan air yang kurang maksimal membuat embung atau penampungan air menjadi andalan petani untuk dapatkan pasokan air. Seperti yang terlihat di Dusun Panggalungan, Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ketika daerah ini mengalami kekeringan, embung yang dikelola Kelompok Ini (Poktan) Batusipong ini masih bisa menampung air. Sehingga masih dimanfaatkan warga dan petani setempat digunakan untuk keperluan bercocok tanam masyarakat sekitar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pemerintah harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama kemarau. Karena memang manfaat infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage baru terasa ketika kemarau datang.

"Bangunan air seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani. Sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali," jelas Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulis, Minggu (14/3/2021).

Syahrul Yasin Limpo menambahkan, insfrastruktur air ini juga sangat berguna dalam pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan. Dirinya berharap masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah.

"Saya pesan kepada petani dan masyarakat agar menjaga dan memelihara embung dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai karena ini kan manfaatnya selain buat petani juga masyarakat bisa menggunakan air di sini saat kekeringan," tuturnya.


Minimalisir Kerugian Petani

Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, pembangunan embung masih diandalkan untuk mengantisipasi musim kering di tahun 2021. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.

"Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain. Sehingga, ke depan, program embung mampu mengantisipasi kekeringan di lahan pertanian kita," kata Sarwo Edhy.

Menurut Sarwo Edhy, pembuatan embung sangat diperlukan. Jika musim hujan lahan tidak terendam air, di musim kemarau saat air dari irigasi tidak mencukupi maka embung bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.

"Kami meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif," pungkas Sarwo Edhy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya