Liputan6.com, Jakarta - Tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang terjadi tahun lalu, penurunan pendapatan menerpa ketiga BUMN di sektor tambang. Akan tetapi, di sisi lain, ada BUMN tambang yang cetak laba naik signifikan.
Dalam laporan keuangan yang dirilis perusahaan, diketahui laba PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatatkan pertumbuhan laba signifikan pada 2020.
Advertisement
Perseroan mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 492,9 persen menjadi Rp 1,14 triliun pada 2020 dari periode tahun sebelumnya Rp 193,85 miliar. Meski demikian, pendapatan Antam susut 16,3 persen dari Rp 32,71 triliun pada 2019 menjadi Rp 27,37 triliun pada 2020.
Beban pokok penjualan turun 19,01 persen dari Rp 28,27 triliun pada 2019 menjadi Rp 22,89 triliun pada 2020. Selain itu, rugi bersih PT Timah Tbk (TINS) berhasil mencapai Rp 340,60 miliar, menyusut dari rugi bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 611,28 miliar.
Namun, pendapatan TINS turun 21,33 persen menjadi Rp 15,21 triliun pada tahun lalu. Padahal 2019, pendapatan perusahaan mencapai Rp 19,34 triliun.
Terakhir terdapat PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang mengalami penurunan pada laba dan pendapatan sepanjang 2020. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41,16 persen atau Rp 2,38 triliun. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya mendapatkan Rp 4,05 triliun.
Pendapatan Bukit Asam turun 20,48 persen dari Rp 21,78 triliun pada 2019 menjadi Rp 17,32 triliun pada 2020. Melihat hal ini, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengaku pandemi yang terjadi tahun lalu menjadi salah satu faktor utama penurunan pendapatan ketiga perusahaan terjadi.
"Karena memang tahun lalu harga komoditas turun di tengah pandemi ya. Penjualan pasti turun juga karena distribusinya terganggu pandemi kemarin," katanya kepada Liputan6.com, Selasa (16/3/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja Antam pada 2020
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatatkan pertumbuhan laba signifikan pada 2020. Perseroan mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 492,9 persen menjadi Rp 1,14 triliun pada 2020 dari periode tahun sebelumnya Rp 193,85 miliar.
Akan tetapi, penjualan perseroan susut 16,3 persen dari Rp 32,71 triliun pada 2019 menjadi Rp 27,37 triliun pada 2020. Beban pokok penjualan turun 19,01 persen dari Rp 28,27 triliun pada 2019 menjadi Rp 22,89 triliun pada 2020.
Laba kotor naik tipis 0,6 persen menjadi Rp 4,47 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,44 triliun. Beban umum dan administrasi turun 6,67 persen dari Rp 2,04 triliun pada 2019 menjadi Rp 1,91 triliun pada 2020. Beban penjualan dan pemasaran merosot 63,09 persen dari Rp 1,44 triliun pada 2019 menjadi Rp 533,06 miliar.
Laba usaha pun naik 113 persen dari Rp 955,61 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,03 triliun pada 2020. Perseroan mencatat marjin laba kotor mencapai 16 persen pada 2020 atau tumbuh 275 basis poin secara year on year (YoY). Sedangkan margin laba usaha sebesar 7 persen atau tumbuh 450 basis poin secara YoY. Marjin laba usaha tumbuh s450 basis poin yoy atau tujuh persen.
Dengan kinerja tersebut membuat laba bersih per saham dasar dan dilusi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak menjadi Rp 47,83 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,07.
Perseroan mencatat liabilitas naik Rp 12,69 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,06 triliun. Aset tercatat naik menjadi Rp 31,72 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 30,19 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 3,98 triliun pada 2020, atau naik 9,67 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,63 triliun.
Pada 2020, perseroan memfokuskan strategi untuk mengembangkan basis pelanggan di dalam negeri terutama pemasaran produk emas dan bijih nikel Antam. Hal ini seiring dengan pertumbuhan tingkat penyerapan produk di dalam negeri.
Sepanjang 2020, nilai penjualan Antam Rp 27,37 triliun, dengan porsi penjualan bersih domestik mencapai Rp 19,92 triliun atau 73 persen dari total penjualan bersih Antam. Capaian nilai penjualan Antam di dalam negeri tumbuh 68 persen jika dibandingkan nilai penjualan bersih di pasar domestik pada 2019 sebesar Rp 11,86 triliun.
Meski laba naik tajam, harga saham PT Aneka Tambang Tbk justru turun pada 15 Maret 2021. Saham PT Aneka Tambang Tbk turun 3,31 persen menjadi Rp 2.340 per saham.
Advertisement