PM Jepang Yoshihide Suga Disuntik Dosis Pertama Vaksin COVID-19 Pfizer

PM Jepang Yoshihide Suga menambah daftar pemimpin negara maju yang memilih vaksin COVID-19 buatan Pfizer.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Mar 2021, 13:07 WIB
Presiden Joko Widodo bersama Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (kiri), sama-sama mengenakan masker sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19, mendengarkan lagu kebangsaan saat upacara penyambutan di Istana Bogor, 20 Oktober 2020. (Laily Rachev/Indonesian Presidential Palace via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga sudah disuntik vaksin COVID-19. Ia menggunakan vaksin Pfizer pada Selasa (16/3/2021). 

Dilansir Kyodo, PM Suga mendapat suntikan dosis pertama vaksin Pfizer ini di rumah sakit di Tokyo. Suga yang memakai kemeja biru turut mengizinkan liputan media.

Langkah ini diambil agar masyarakat Jepang bisa semakin percaya pada khasiat vaksin. Berdasarkan survei Kyodo, hanya 63,1 persen orang Jepang yang mau divaksin, dan 27,4 persen menolak.

Vaksinasi ini dilakukan sebelum PM Suga bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada April 2021. Ia akan menjadi pemimpin dunia pertama yang bertemu Presiden Biden.

Program vaksinasi di Jepang berfokus pada petugas kesehatan, kemudian warga lansia berusia 65 tahun ke atas.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Riset: Sebagian Pengguna Facebook Sebarkan Keraguan Vaksin COVID-19

Seorang pria melintasi persimpangan menuju stasiun kereta api di Tokyo, Jumat (5/3/2021). PM Jepang Yoshihide Suga mengumumkan bahwa pemerintahnya memperpanjang keadaan darurat di wilayah Tokyo selama dua minggu lagi untuk mencegah terjadinya lonjakan infeksi COVID-19. (AP Photo/Hiro Komae)

Riset Facebook mengenai 'keraguan atas vaksin' mendapati bahwa sebagian kecil pengguna mengajak pengguna lainnya untuk tidak divaksinasi.

Keraguan atas vaksin dan informasi yang tidak benar mengenai Covid-19 menyebar melalui media sosial. 

Mengutip The Verge, Selasa (16/3/2021), WHO menyatakan keduanya dapat menggagalkan pemberantasan Covid-19 melalui upaya vaksinasi.

WHO juga menyebut, keraguan atas vaksin mungkin tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan kasus campak sebesar 30 persen di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Namun keraguan atas vaksin berperan dalam membangkitkan kembali penyakit campak.

Sebelumnya Facebook melarang diklan berisi hoaks dan menyesatkan mengenai vaksin pada Oktober lalu. Lalu pada Desember 2020, Facebook mengaku telah menghapus klaim palsu mengenai vaksin Covid-19 dan mulai menginformasikan ke pengguna ketika mereka berinteraksi dengan unggahan berisi informasi palsu.

Facebook pun mengambil berbagai langkah untuk mempromosikan informasi otoritatif mengenai vaksin Covid-19.


Infografis Vaksin COVID-19:

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya