Liputan6.com, Bandung Upaya pelacakan (tracing) kontak erat COVID-19, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan agar surveilans harus cepat dilakukan dalam waktu 72 jam. Surveilans adalah pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit.
"Surveilans terhadap kontak erat COVID-19 adalah salah satu yang perlu dikuasai. Ini harus cepat dilakukan dalam waktu 72 jam," tegas Kang Emil, sapaan akrabnya saat 'Pelepasan 500 Tenaga Kesehatan untuk Implementasi Program PUSPA' di Bandung, Jawa Barat pada Selasa, 16 Maret 2021.
"Selama jangka waktu tersebut, kita bisa melakukan tracing kepada kontak erat aktif. Kita harus bisa memetakan testing (pemeriksaan) kepada mereka yang termasuk kontak erat hasil tracing."
Advertisement
Kemampuan surveilans ini pun merupakan pesan Kang Emil kepada 500 tenaga kesehatan (nakes) program Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA) yang diterjunkan ke 100 puskesmas di 12 kabupaten/kota Jawa Barat.
Ke-12 kabupaten/kota, antara lain, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung Barat.
"Ada 500 pejuang kesehatan yang akan kami lepas ke 12 kabupaten/kota. Mereka menjadi garda terdepan melalui ilmu, kepemimpinan, dan komunikasi pubik. Tujuannya, membangun semangat bergotong royong menangani permasalahan COVID-19," lanjut Ridwan Kamil.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Aktif Identifikasi dan Pemetaan Kasus COVID-19
Selain surveilans kontak erat COVID-19, Ridwan Kamil juga menyampaikan, keempat pesan lainnya yang termasuk inti dari kegiatan Tim PUSPA. Pertama, identifikasi kasus dan situasi COVID-19 di wilayah kerja masing-masing.
"Jadi, rekan-rekan harus sensitif, interaktif, dan cerdas membaca gejala, sinyal data kasus COVID-19 yang ada di wilayah. Apakah ada data kenaikan, pergerakan, kabar buruk atau apapun lainnya. Kita harus pro aktif," ujarnya.
"Buat tim yang bertugas juga harus siap memetakan dan menyusun strategi pencegahan, melakukan pemetaaan, Karena kita tahu semua benteng rumah sakit mahalnya luar biasa dan beban kerja sangat luar biasa."
Kedua, Tim Puskesmas Terpadu bertindak sebagai benteng pencegahan dengan terus mengedukasi dan sosialisasi 3M (mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak, memakai masker) dan 2M (mengurangi pergerakan, menghindari kerumunan). Ketiga, jangan lupa pelayanan rutin puskesmas tidak boleh terganggu.
"Poin terakhir, komunikasi publik dan pelibatan masyarakat perlu dilakukan. COVID-19 mengajarkan kita tak bisa menang sendiri, kita akan sukses kalau kolaboratif dengan masyarakat," tambah Kang Emil.
Advertisement