Liputan6.com, Jakarta - Dua lansia di Banyumas, Jawa Tengah meninggal dunia usai menjalani vaksinasi Covid-19.
Salah satu lansia merupakan wanita yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 pada Senin, 8 Maret 2021.
Advertisement
"Perempuan berusia 75 tahun itu divaksin pada hari Senin, 8 Maret dan pada hari itu ada 2.500 lansia yang mendapatkan vaksinasi Covid-19," kata Bupati Banyumas Achmad Husein kepada wartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa, 9 April 2021.
Achmad Husein menjelaskan, lansia tersebut sudah lolos skrining sehingga dinilai layak mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Namun beberapa jam kemudian setelah lansia itu kembali ke rumah sekitar pukul 11.30 WIB, tak lama sore harinya pukul 17.00 WIB dia jatuh terduduk di lantai dan dibawa ke rumah sakit (RS) hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Kejadian tersebut membuat Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari buka suara. Dia menyebut, kedua lansia tersebut meninggal bukan karena vaksinasi Covid-19.
"Penyebab meninggal bukan disebabkan vaksinasi Covid-19," ujar Hindra saat dihubungi merdeka.com, Senin, 15 Maret 2021.
Berikut deretan fakta terkait dua lansia yang meninggal dunia di Banyumas usai divaksinasi Covid-19 dihimpun Liputan6.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lolos Skrining Kesehatan dan Tak Ada Keluhan
Pemerintah Kabupaten Banyumas menelisik penyebab meninggalnya seorang perempuan lanjut usia (lansia) beberapa jam setelah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
"Perempuan berusia 75 tahun itu divaksin pada hari Senin, 8 Maret dan pada hari itu ada 2.500 lansia yang mendapatkan vaksinasi Covid-19," kata Bupati Banyumas Achmad Husein di Purwokerto, Banyumas, Selasa, 9 Maret 2021.
Berdasarkan laporan, kata dia, hasil skrining lansia tersebut dinilai layak mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Lalu, setelah menjalani observasi selama 30 menit pascavaksin, yang bersangkutan tidak ada keluhan.
Advertisement
Tiba-Tiba Jatuh di Rumah
Achmad Husein mengatakan, perempuan tersebut kemudian pulang dan tiba di rumahnya sekitar pukul 11.30 WIB.
Menurut Husein, perempuan itu pun lalu melanjutkan kegiatan rutinnya, termasuk minum obat dari Puskesmas karena yang bersangkutan mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
"Setelah makan sore pada pukul 17.00 WIB, yang bersangkutan menonton televisi dan selanjutnya pergi ke belakang. Namun dia tiba-tiba jatuh terduduk di lantai dan mengeluh pegal pada badan sebelah kanan serta berkeringat," kata Husein, dikutip Antara.
Sempat Dibawa ke RS dan Punya Penyakit Bawaan
Lansia tersebut, lanjut Husein, kemudian dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas pada pukul 18.46 WIB.
"Saat dibawa ke IGD RSUD Banyumas masih dalam kondisi sadar. Bahkan, saat berada di IGD masih bisa istighfar, hanya saja kondisinya gelisah," kata dia.
Berdasarkan data dari RSUD Banyumas, kondisi umum lansia tersebut gelisah dengan kelemahan anggota gerak bagian kiri, tanpa batuk maupun demam, namun napasnya cepat.
Menurut dia, lansia tersebut diketahui memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
"Namun, akhirnya ibu itu meninggal dunia tadi malam, pukul 19.15 WIB," jelas Husein.
Advertisement
Meninggal Bukan Karena Vaksinasi Covid-19
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari buka suara soal dua lansia meninggal dunia usai divaksinasi Covid-19 di Banyumas.
Dia menyebut, dua lansia tersebut meninggal bukan karena vaksinasi Covid-19.
"Penyebab meninggal bukan disebabkan vaksinasi Covid-19," kata Hindra saat dihubungi merdeka.com, Senin, 15 Maret 2021.
Penyebab Meninggal Karena Serangan Jantung
Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi juga menyampaikan hal serupa. Menurut Nadia, kedua lansia meninggal karena serangan jantung bukan vaksinasi Covid-19.
"Dari informasi, penyebab kematian bukan (karena) vaksin Covid-19, tapi serangan jantung," tegas Nadia.
Senada, Dinas Kesehatan Jawa Tengah juga menyebut keduanya meninggal bukan karena efek Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), tapi adanya serangan jantung.
"Setelah kita cek ternyata almarhum punya penyakit penyerta serangan jantung," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo.
Advertisement
Ombudsman Angkat Bicara
Dikarenakan kedua lansia yang meninggal dunia disebut usai melakukan vaksinasi Covid-19, Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar penyelenggara menambah proses skrining kesehatan dalam tahapan pelaksanaannya.
"Mungkin prosesnya perlu ditambah satu proses lagi ya sebelum disuntik vaksin, jadi bukan hanya ditensi saja agar bisa diidentifikasi lebih akurat lagi," kata Najih saat dihubungi merdeka.com, Selasa, 16 Maret 2021.
Bukan hanya itu, dia juga menyarankan agar para calon penerima vaksin membawa rekam medis kesehatannya masing-masing ke tempat pelaksanaan vaksinasi. Sehingga, calon penerima vaksin tidak bisa membohongi petugas dalam proses skrining.
Dengan begitu, kasus-kasus fatal yang terjadi pascavaksinasi bisa dihindari.
"Kalau perlu, disuruh bawa medical record. Ini untuk menghindari adanya korban atau dampak vaksinasi yang tidak sesuai harapan," ucap Najib.
Ombudsman Minta Masyarakat Jujur
Sebenarnya, kata Najih, tahapan-tahapan skrining dalam pelaksanaan vaksinasi saat ini sudah baik. Namun dia melihat, ada banyak peserta vaksinasi di tahap kedua yang membohongi petugas terkait kondisi kesehatannya saat itu ataupun terkait riwayat penyakit yang selama ini dialami.
Oleh karena itu, dia meminta agar calon penerima vaksin jujur saat ditanya oleh petugas skrining.
"Menurut saya sudah baik ya tahapannya, mulai dari meja 1-4, tapi saya melihat, ada ketidakjujuran dari orang yang divaksin. Padahal punya komorbid, tapi bilangnya tidak punya," kata Najih.
"Kemarin itu, ada ASN yang collapse setelah divaksin. Dia tahu kalau dirinya sakit, tapi tidak jujur akhirnya dia harus masuk ke ICU kecil itu. Jadi masyarakat harus jujur," sambung dia.
Meskipun belum ditemukan hasil penelitian yang membuktikan kejadian-kejadian tersebut merupakan efek samping vaksinasi, namun menurutnya, para petugas yang melakukan skrining harus lebih teliti lagi sebelum menentukan apakah orang tersebut bisa divaksinasi atau tidak.
"Tentu ini jadi proses pembelajaran. Kita berharap, semakin baik lagi proses atau tahapan vaksinasinya. Sehingga tidak ada korban lagi. Lebih teliti lagi skriningnya, pastikan betul-betul sehat," jelas Dosen Universitas Muhammadiyah Malang itu.
(Cinta Islamiwati)
Advertisement