Rating Ditarik Moody's, Begini Penjelasan Barito Pacific

Moody's Investor Service menarik peringkat atau rating yang diberikan kepada PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mar 2021, 17:17 WIB
Moody's Investors Service (AP Photo/Mark Lennihan)

Liputan6.com, Jakarta - Moody's Investor Service menarik peringkat atau rating yang diberikan kepada PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Moody’s menyebutkan, penarikan tersebut lantaran alasan bisnis. Meski begitu, penarikan rating bukan mencerminkan kondisi bisnis BRPT, melainkan hanya soal administratif.

Terkait hal ini, Barito Pacific menjelaskan bahwa penarikan tersebut adalah atas permintaan mereka. Alasannya, perusahaan tidak memiliki surat utang berdenominasi US dollar.

"Moodys menghentikan proses rating atas permintaan kami mengingat saat ini kami tidak menerbitkan obligasi dalam US dollar," ucap Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk, Agus Salim Pangestu, Rabu (17/3/2021).

Dengan tidak dilanjutkannya proses rating ini tidak merubah peringkat rating yang ada.

"Dapat kami sampaikan bahwa tidak ada perubahan atas rating maupun outlook yang disematkan Moodys kepada Barito, yaitu B1 dengan outlook stabil, " tambah Agus Salim Pangestu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Barito Pacific Siapkan Belanja Modal Rp 112 Triliun dalam 5 Tahun

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Bergerak Di Bidang Kehutanan, Petrokimia, Dan Industri Properti membuka lowongan kerja di 2018.

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 8 miliar, setara Rp 112 triliun (Kurs 14.009 per USD). Rencanaya, dana belanja modal merupakan akumulasi untuk pembiayaan proyek BRPT lima tahun mendatang.

Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Agus Salim Pangestu menuturkan, proyek-proyek tersebut di antaranya adalah proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10 dengan biaya sebesar USD 3,3 miliar. 

Proyek ini dibiayai dengan pendanaan proyek terbatas jangka panjang yang kompetitif dengan basis rasio hutang terhadap ekuitas 75:25, sejalan dengan proyek ketenagalistrikan Indonesia.

"Barito ke depan (secara) kumulatif (untuk proyek) Jawa 9 & 10 maupun untuk CAP II, total capex kita lima tahun ke depan mencapai USD 8 miliar,” kata Agus dalam diskusi virtual, Sabtu (6/2/2021).

Adapun konstruksi proyek Jawa 9 & 10 telah dimulai sejak Oktober 2020. Sementara, perseroan melalui anak usaha PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) tengah mengembangkan kompleks petrokimia Chandra Asri Petrochemical II (CAP II) di Cilegon dengan luas lahan 200 hektar. Untuk proyek CAP II diketahui membutuhkan investasi hingga USD 5 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya