Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki gunung berapi nomor tiga terbanyak di dunia. Hal itu karena letak Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik Eurasia, Australia, dan Pasifik yang masing-masing bergerak dengan arah yang berbeda.
"Tercatat ada 139 buah atau 13 persen dari gunung berapi di dunia tersebar di berbagai wilayah Indonesia," tulis akun @gunungrinjani_nationalpark, Rabu, 17 Maret 2021.
Baca Juga
Advertisement
Melalui akun Instagram tersebut, warganet diajak menjelajahi wisata vulkanik Taman Nasional Gunung Rinjani. Taman tersebut memiliki luas sekitar 41.330 hektare di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menantang untuk disinggahi.
"Memiliki puncak setinggi 3.726 mdpl, daya tarik utama gunung tertinggi ketiga di Indonesia ini terletak pd pesona Danau Segara Anak yg berada di ketinggian sekitar 2.008 mdpl dengan luas sekitar 1.100 hektare & memiliki kedalaman hingga sekitar 230 meter. Segara Anak terbentuk dari hasil letusan Gunung Rinjani pd masa purba," lanjut akun tersebut.
Pada 1994, permukaan danau terangkat naik karena aktivitas letusan Gunung Rinjani. Lalu, muncul gunung baru atau Anak Gunung Baru Jari, yang kemudian memperkuat daya tarik wisatawan untuk mendaki Gunung Rinjani.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Legenda Dewi Rinjani
Fenomena alam Gunung Rinjani yang kemudian menjadi daya tarik wisatawan sempat terbingkai pada mata uang pecahan Rp10.000 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada 1998.
Bagi pendaki, Danau Segara Anak menjadi lokasi favorit untuk melepas penat seusai melintasi perbukitan terjal, savana, memasuki hutan belantara selama 12 jam. Selain itu, lokasi ini juga ideal untuk memanjakan lidah dengan banyaknya ikan di danau.
Gunung Rinjani dianggap sebagai tempat suci oleh masyarakat Pulau Lombok, khususnya masyarakat Hindu. Setiap tahun ribuan umat Hindu bersembahyang di areal Danau Segara Anak yang dikenal dengan upacara “Mulang Pakerem”.
Nama Rinjani diambil dari legenda Dewi Rinjani di Lombok. Warisan alam Dewi Rinjani yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak 1941 hingga kini masih terjaga kelestariannya.
Advertisement