Liputan6.com, Jakarta - Upaya deteksi varian virus Corona, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengakui, Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Kemampuan Indonesia deteksi varian virus Corona melalui pengurutan genom (Whole Genome Sequencing/WGS) sampai Desember 2020 tercatat 172 genom.
"Sebenarnya sampai akhir tahun kemarin, kita melakukan deteksi genom virus Corona sebanyak 172. Saya ketahui itu (jumlahnya) sedikit," tutur Budi saat Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, ditulis Jumat, 18 Maret 2021.
"Beberapa negara lain mengecek mutasi virus pada lab genomnya dalam setahun bisa mencapai 10.000-20.000 genom."
Advertisement
Demi meningkatkan kapasitas deteksi virus Corona, Kemenkes dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menandatangani Nota Kesepahaman tentang Surveilans Genom Virus SARS-CoV-2 pada 8 Januari 2021.
Nota kesepahaman dimaksudkan sebagai acuan dan landasan kerjasama untuk menyelenggarakan pelacakan dan pemantauan (surveilans) genom virus SARS-CoV-2. Tujuannya, mengetahui epidemiologi molekuler, karakteristik, dampak pada kesehatan, dan pelacakan kasus.
"Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Pak Bambang Brodjonegoro (Menristek/BRIN) untuk mengintegrasikan lab yang bisa melakukan genome sequencing. Lab ini yang ada di Kemeneks dan Kemenristek/BRIN," jelas Budi Gunadi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kurun Waktu 3 Bulan, Indonesia Deteksi Varian Virus Corona 500 Genom
Sejak penandatanganan nota kesepahaman lab genom pada 8 Januari 2021, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kemampuan deteksi varian virus Corona Indonesia meningkat. Ini termasuk terdeteksinya varian B1117 asal Inggris yang masuk ke Indonesia.
Walau begitu, masuknya varian B117 ke Indonesia terdeteksi pada Januari 2021. Sementara, penyampaian laporan B117 baru dilakukan tepat 2 Maret 2021.
"Dalam kurun waktu 3 bulan (Januari-Maret 2021), dari yang tadinya kita men-sequencing 172 genom, sekarang sudah 500 genom. Nah, yang varian B117 kemarin, bukan berarti baru masuk (ke Indonesia)," terang Budi.
"Agak heran juga. Pas pertengahan Januari, kalau Saya lihat, varian London itu baru ada di Singapura, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Australia. Indonesia belum ada. Yang jadi pertanyaan, kita mungkin kurang banyak men-sequencing genomnya."
Advertisement
Tidak Semua Mutasi Virus Corona Jadi Fokus WHO
Terkait pemantauan mutasi virus Corona, Budi Gunadi Sadikin menegaskan, tidak semuanya menjadi fokus (concern) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ini menyusul adanya varian N439K yang sudah terdeteksi di Indonesia sejak November 2020. Disebutkan varian N439K belum menjadi perhatian WHO.
"Apakah mutasi (virus Corona) semuanya menjadi concern? Tidak. Dari ratusan sampai ribuan yang masuk dalam pelaporan data GISAID, yang mungkin menjadi concern dan diamati WHO hanya 4-5, salah satunya varian B117," tegasnya.
Varian virus Corona B117 dengan penularan yang sangat cepat perlu diperhatikan. Walau begitu, belum ada penelitian yang membuktikan varian tersebut meningkatkan kesakitan dan kematian.
Vaksin COVID-19 yang ada sekarang masih terbilang ampuh melawan varian B117.
"Respons virus baru (B117) ini kecepatan menularnya luar biasa, tapi tidak atau belum terbukti meningkatkan fatality, sehingga buat kami, bagaimana jangan sampai kita tertular," kata Budi.
"Apakah virus ini bisa dikendalikan dengan vaksin COVID-19? Informasi dari Brasil, masih bisa dilindungi dengan vaksin yang kita suntikan sekarang. Kami juga terus melakukan genom sequencing. Sekarang banyak varian baru dari Amerika dan Brasil."
Infografis Varian Baru Virus Covid-19 Lebih Mematikan?
Advertisement