Selain Eropa, Negara-Negara Afrika Ikut Tangguhkan Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Negara-negara di Afrika ikut menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Oleh DW.com diperbarui 19 Mar 2021, 07:02 WIB
Tiga orang anak rambutnya ditata dengan model yang terinsprasi dari corona Covid-19 oleh Mama Brayo Beauty Salon di daerah kumuh Kibera, Kenya, 3 Mei 2020. Corona telah menghidupkan kembali gaya rambut di Afrika Timur yang memiliki lonjakan kepang bentuk khas virus. (AP/Brian Inganga, File)

Jakarta - Negara-negara di Benua Eropa telah memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Hal ini lantaran laporan kasus pembekuan darah yang ditemukan di beberapa orang usai menerima vaksin tersebut.

Rupanya, sejumlah negara di Afrika juga mengambil langkah yang sama dengan tujuan mengurangi risiko tersebut terjadi. 

Mengutip DW Indonesia, Kamis (18/3/2021), pemerintah Republik Demokratik Kongo telah mengumumkan penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca, di tengah kekhawatiran terkait risiko efek samping penggumpalan darah.

"Kami menunggu kesimpulan dari penelitian yang sedang dilakukan Eropa dan juga oleh komite ilmiah kami sendiri dan kemudian kami akan membuat keputusan akhir," jelas Menteri Kesehatan Eteni Longondo kepada wartawan.

"Mungkin dalam dua atau tiga minggu, kita akan mendapatkan kesimpulan ini."

Awalnya, pemerintah Kongo berencana menggunakan pengiriman pertama 1,7 juta dosis vaksin yang tiba pada awal Maret untuk memvaksinasi 20% penduduknya. Di antaranya adalah petugas kesehatan, orang berusia di atas 55 tahun, dan orang yang menderita kondisi kesehatan serius seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, atau diabetes.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Khawatir Efek Samping

Para pengurus memindahkan jenazah pasien virus corona COVID-19 ke dalam peti mati di rumah duka AVBOB, Soweto, Afrika Selatan, 24 Juli 2020. (MARCO LONGARI/AFP)

Kamerun juga menjadi negara Afrika yang menangguhkan vaksin AstraZeneca.

"Dewan ilmiah menyarankan agar kami tidak terus menggunakan vaksin ini sampai penyelidikan pendahuluan selesai," kata Menteri Kesehatan Kamerun, Manaouda Malachie.

Dia menambahkan bahwa negaranya akan menyimpan semua dosis yang diterima sejauh ini sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang keamanan dan efek samping vaksin.

Belasan negara Eropa telah menangguhkan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pekan ini, menyusul laporan tentang risiko pembekuan darah. Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang menyelidiki laporan tersebut. 


WHO Minta Vaksinasi Dilanjutkan

Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

WHO mendesak negara-negara untuk terus melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

"Saat ini, WHO menganggap bahwa manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya dan merekomendasikan agar vaksinasi dilanjutkan," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan, pada Rabu (17/03).

Namun, WHO juga menyoroti pentingnya menyelidiki klaim tentang efek samping.

"Hal ini (potensi efek samping setelah imunisasi) tidak berarti bahwa kejadian-kejadian itu terkait dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi merupakan hal yang benar untuk diselidiki. Ini juga menunjukkan bahwa sistem pengawasan bekerja dan bahwa pengendalian yang efektif sudah diterapkan,‘‘ lanjut pernyataan tersebut.

Muluken Yohannes, penasihat Kementerian Kesehatan Ethiopia, mengatakan kepada DW bahwa Ethiopia akan terus menggunakan vaksin AstraZeneca kecuali ada bukti nyata dari risiko keselamatan yang teridentifikasi.

Ghana juga masih melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca. "Sebagai sebuah negara, kami menerimanya dan sejumlah orang telah mendapat vaksin dan kami tidak memiliki laporan tentang ancaman serius," kata Augustina Sylverken, seorang ahli dalam Pengobatan Tropis dengan Pusat Penelitian Kolaborasi Kumasi di Pengobatan Tropis, kepada DW. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya