Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan tim bulu tangkis Indonesia di kejuaraan All England 2021 harus terhenti secara mendadak. Bukan karena kalah bersaing. Namun perjuangan Mohammad Ahsan dan kawan-kawan dipaksa berakhir lebih cepat setelah terbentur masalah yang justru jauh berada di luar jangkauan raket mereka.
All England merupakan turnamen bulu tangkis tertua di dunia. Tahun ini, kejuaraan yang sudah berlangsung sejak 1899 itu digelar di Utilita Arena, Birmingham Inggris mulai 17 Maret 2021. Mengusung titel Superseries Premier, Yonex All England 2021 berhadiah USD 850.000 atau sekitar Rp 12,2 miliar.
Advertisement
Indonesia selama ini cukup diperhitungkan di ajang All England. Nama Rudy Hartono masih tercatat sebagai pemegang gelar tunggal putra terbanyak hingga saat ini. Sementara Praveen Jordan / Melati Daeva Oktavianti juga berstatus sebagai juara bertahan untuk nomor ganda campuran.
Tahun ini, Indonesia menurunkan 7 wakil. Mereka terdiri dari, tunggal putra; Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie. Lalu ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo / Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Sementara ganda putri ada Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Sedangkan ganda campuran terdiri dari Praveen Jordan/Melati Daeva OktaviantiHafiz.
Kontingen Indonesia langsung tancap gas di hari pertama Yonex All England 2021. Empat wakil Merah Putih yang tampil di Birmingham Arena, Inggris berhasil melewati lawan di babak 32 besar.
Pada nomor ganda putra, Mohammad Ahsan yang berpasangan dengan Hendwa Setiawan berhasil mengandaskan perlawanan wakil Inggris, S Vendy / B Lane 21-18, 19-21, dan 21-19. Pada nomor ganda putra lainnya, Kevin Sanjaya Sukamuljo / Marcus Fernaldi Gideon juga menang atas wakil Inggris, Matthew Clare/Ethan van Leeuwen (Inggris) lewat rubber game 21-12, 19-21, 21-9.
Di nomor tunggal putra, giliran Jonatan Christie yang membangkitkan asa publik Tanah Air. Di partai pertama, Jojo berhasil mengalahkan wakil Thailand, Kunlavut Vitidsarn, 21-13 dan 24-22. Sementara ganda putri putri Greysia Polii / Apriyani Rahayu juga lolos ke babak selanjutnya setelah menang WO.
Hasil ini tentu sangat melegakan. Tidak hanya bagi atlet, tapi juga para pencinta olahraga bulu tangkis di Tanah Air. Sayang, perasaan itu tidak bertahan lama karena segera berubah menjadi bencana.
Saksikan video menarik di bawah ini
Dipaksa Mundur
Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia, Ricky Soebagdja, dalam rilis resmi yang diterima Liputan6.com, Kamis pagi WIB (18/3/2021), menyampaikan kalau para pemain tidak bisa melanjutkan kiprahnya di Yonex All England 2021. Selanjutnya, para pemain harus dinggal di hotel untuk menjalani isolasi mandiri.
"Hal ini dikarenakan saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham pada Sabtu, 13 Maret lalu, terdapat salah satu penumpang yang terkena Covid-19. Namun, kami pun tidak diberitahu siapa, berapa orang, dan dari mana asal orang yang positif tersebut," kata Ricky dalam rilis tersebut.
Ricky menjelaskan, awalnya mereka mendapatkan email noftifikasi dari pemerintah Inggris. Isinya meminta agar mereka segera menjalani isolasi mandiri 10 hari karena sepesawat dengan penumpang yang terjangkit Covid-19 dalam penerbangan dari Istanbul, Turki ke Birmingham, Inggris, Sabtu lalu.
Namun tidak semua kontingen menerima email tersebut. Dari 24 orang, empat di antaranya tidak mendapat pemberitahuan untuk isolasi mandiri, Mereka adalah atlet ganda putra Mohammad Ahsan, asisten pelatih tunggal putra Irwansyah, Kasubid Sport Science Iwan Hermawan, dan Masseur Gilang.
"Sesuai dengan regulasi pemerintah Inggris, jika berada pada satu pesawat yang sama dengan orang positif Covid-19, maka diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari. Sehingga, tim Indonesia terpaksa mundur dan melakukan isolasi sampai 23 Maret 2021 di Crowne Plaza Birmingham City Center, terhitung 10 hari sejak kedatangan tim ke Birmingham pada Sabtu lalu," ujar Ricky menambahkan.
BWF selaku induk olahraga bulu tangkis dunia tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa tunduk terhadap regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Inggris terkait protokol kesehatan di era pandemi COVID-19. Dalam pernyataan resminya, BWF pun menyampaikan kalau seluruh atlet Indonesia tidak lagi diizinkan bertanding di Yonex All England 2021 karena harus isolasi mandiri.
Dalam pernyataan resminya, BWF juga menyampaikan kalau pihak yang mengirim notifikasi kepada atlet dan ofisial Indonesia adalah unit test dan trace (pelacakan) UK Goverment's National Health Services (NHS). "Seluruh pemain Indonesia tidak dapat tampil pada kompetisi saat ini dan babak lanjutan turnamen dan ditarik dari Yonex All England Open 2021," tulis BWF dalam rilis resminya.
(Pernyataan lengkap BWF bisa dilihat melalui tautan ini...)
Advertisement
Atlet Terpukul, Warganet Meradang
Keputusan ini tentu sangat menyesakkan. Tidak hanya bagi para atlet Indonesia yang berlaga di All England 2021, tapi juga pencinta olahraga bulu tangkis di Tanah Air. Asa yang tengah bangkit tiba-tiba terjun bebas karena masalah yang disebabkan oleh orang tak dikenal yang kebetulan satu pesawat.
"@bwf.official must be responsible!" tulis atlet bulu tangkis Indonesia Melati Daeva Oktavianti di akun Instagramnya @melatidaeva.
"Must be responsible !!!!!!!! UNFAIR !!!! @bwf.official," tulis atlet lainnya, Fajar Alfian di akun Instagram @fajaralfian95.
Komentar tak kalah pedas bahkan disampaikan oleh Marcus Gideon. Lewat akun Instagram-nya, Marcus menganggap BWF telah gagal menangani masalah ini.
"Malam ini, kami sangat terkejut mendengar kabar kalau kami (tim Indonesia dan Ofisial) harus mundur dari All England akibat penumpang anonymous yang berada satu pesawat bersama kami dinyatakan positif Covid-19," tulis Marcus pada akun Instagram-nya.
Marcus kemudian menjelaskan, seluruh kontingen Indonesia telah menjalani tes di Tanah Air dan setibanya di London, Inggris. Hasilnya, seluruh atlet maupun ofisial dinyatakan negatif Covid-19.
"Beberapa orang juga mungkin tahu kalau pertandingan hari ini sempat ditunda menyusul temuan tujuh kasus positif pada anggota tim (negara lain). Setelah mereka menjalani tes ulang, semua hasilnya berubah negatif. Jadi kenapa kami tidak dapat keadilan yang sama?" tulis Marcus mempertanyakan.
Warganet Indonesia juga berang mendengar kabar ini. Tagar BWFMustBeResponsible pun menggema di Twitter. Rata-rata warganet Indonesia menyesalkan kebijakan sepihak BWF. Menurut mereka, pencoretan itu tidak adil.
"Saya telah menunggu setahun untuk mereka kembali ke turnamen? Mereka malah harus dicoret," tulis akun @bucinnyasugaa.
"Its unfair." tulis akun @betelbtrixsembari mengunggah tangkapan layar protes Marcus Gideon di Instagram.
"See, dipaksa mundur," tulis akun @wonyeppeo dilengkapi tangkapan layar instagram story Greysia Polii.
Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia atau PBSI Agung Firman Sampurna tidak kalah kaget. Dia mengaku seperti disambar geledek mendengar berita mundurnya Indonesia dari All England. "Pagi ini, saya mendapatkan informasi bagaikan disambar geledek, tim Indonesia dipaksa untuk mundur," kata Agung Firman saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (18/3/2021).
"Seluruh pemain, pelatih, dan ofisial yang berangkat ke Inggris tidak hanya melakukan tes swab PCR, tetap juga vaksinasi dua kali," ucapnya. "Persiapan itu sudah cukup baik menurut saya," katanya.
Beraroma Diskriminasi
Kontingen Indonesia tiba di Birmingham, Inggris, pada Sabtu, 13 Maret lalu. Seluruh atlet dan ofisial bertolak Jumat malam dari Jakarta setelah menjalani vaksinasi COVID-19 tahap kedua. Setibanya di London, Inggris, seluruh atlet dan ofisial kembali menjalani tes SWAB PCR dan dinyatakan negatif.
Yang positif justru berasal dari kontingen Denmark, India, dan Thailand. Namun pemeriksaan kemudian diulang dan seluruhnya dinyatakan negatif sehingga diizinkan untuk tampil. Proses ini sempat memaksa laga All England 2021 mengalami keterlambatan selama 5 jam dari jadwal semula.
Atlet asal Turki, Neslihan Yigit, juga satu pesawat dengan kontingen Indonesia. Namun statusnya baru dinyatakan walkover atau WO beberapa saat jelang babak kedua All England 2021. Yigit tidak langsung dinyatakan WO seperti kontingen Indonesia usai menang atas Marie Batomene di babak pertama.
Situasi ini memicu pertanyaan tentang netralitas pihak penyelenggara All England 2021.
"Memang salah satu jalan untuk membuat Indonesia tidak bisa menjadi juara adalah dengan tidak usah bertanding," kata Firman dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/3/2021).
"Karena kalau bertanding, kita memang pemain yang sangat berbahaya. Kita adalah kandidat juara salah satu yang paling kuat dan sudah mengalahkan Inggris," lanjutnya.
Sementara pemerintah Indonesia melalui Menteri Pemuda dan Olahraga atau Menpora Zainudin Amali mendukung langkah PBSI mempertanyakan pencoretan Indonesia dari All England kepada BWF. "Saya mendukung PBSI mempertanyakan ke BWF, baik yang internasional maupun tingkat Asia," ujarnya.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai pencoretan Indonesia dari All England 2021 tidak adil. "Tentu tidak fair kalau tiba-tiba mereka digugurkan begitu saja. Nah, karena itu, betul bahwa pemerintah Inggris punya aturan ketat terkait dengan itu, tapi saya kira kan pasti ada diskresi-diskresi, terlebih-lebih ini kompetisi sifatnya internasional," kata Syaiful Huda.
"Kita tuntut transparansi ya, betul tidak dan ada penumpang yang positif Covid itu harus dibuka secara publik. Siapa orangnya, seperti apa ada, dia ada di bangku seat berapa, dan seterusnya," tambahnya.
Huda meminta agar Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ikut turun tangan.
Advertisement
Protokol Kesehatan Ekstra Ketat
Seperti banyak negara di dunia, Inggris juga tidak luput dari cengkeraman pandemi virus Corona Covid-19. Menurut data terbaru yang dilansir John Hopkins University, Negeri Ratu Elizabeth itu berada di urutan kelima jumlah kasus terbanyak di dunia, dengan setidaknya terdapat lebih dari 4 juta kasus COVID-19.
Berbagai cara dilakukan pemerintah Inggris guna menekan penyebaran virus ini, termasuk menerapkan lockdown. Belakangan Inggris juga direpotkan dengan temuan strain baru virus Covid-19.
NHS merupakan tulang punggung Inggris dalam memerangi pandemi Covid-19. Selain dalam penanganan, NHS menjadi acuan pemerintah dalam menentukan protokol kesehatan. Tidak hanya bagi warga negara Inggris, tapi juga bagi para pendatang yang memasuki negera tersebut.
Kiper Manchester United atau MU David de Gea belum lama ini juga dibuat tidak berkutik oleh aturan NHS. Dia terpaksa absen dalam beberapa laga Liga Inggris karena harus menjalani isolasi mandiri sepulang dari Spanyol.
De Gea harus kembali ke Spanyol untuk menemani persalinan sang kekasih, Edurne. Sepulangnya dari Spanyol, De Gea tak bisa langsung kembali berlatih bersama rekan-rekannya di MU.
Ia harus menjalani isolasi mandiri yang baru saja berakhir pada Minggu (14/3/2021) akhir pekan lalu. Akibatnya, MU harus memainkan Dean Henderson dalam beberapa pertandingan.
Tak hanya itu, De Gea juga harus menjalani tes lagi sebelum bisa dinyatakan bermain.
KBRI London dalam pernyataan resmi yang diterima Liputan6.com, Kamis (18/3/2021) pagi menyampaikan kalau saat ini pemerintah Inggris masih memberlakukan lockdown dan pengaturan protokol kesehatan yang ketat, mengingat angka penularan Covid-19 yang relatif masih tinggi. "Turnamen All England pun diselenggarakan dengan pengaturan khusus, ketat dan tertutup tanpa penonton," tulis KBRI London.
Meski demikian, KBRI London juga akan menanyakan secara langsung kepada NHS terkait nasib atlet Indonesia. "Menlu RI juga telah memberikan arahan yang jelas, untuk pastikan tidak ada diskriminasi dan unfair treatment terhadap partisipasi atlet bulutangkis Indonesia pada turnamen All England tersebut."
Terpisah, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto menganggap pencoretan Indonesia dari All England 2021 bukan bentuk diskriminasi. "NHS tidak diskriminatif dalam menerapkan aturan ini," kata Gatot.
"Kewajiban karantina ini karena dalam trace and track terdeteksi berkontak dengan orang yang kemudian dinyatakan positif Covid-19," kata Gatot menambahkan.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins sangat menyayangkan insiden yang menimpa Indonesia di All England 2021. Namun dalam situasi pandemi, Jenkins menilai negara-negara di dunia termasuk Inggris dan Indonesia harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat. "Dan aturan-aturan tersebut diterapkan secara adil dan transparan," katanya.
Jenkins menambahkan, aktivitas olahraga dapat terus berlanjut adalah suatu hal yang luar biasa, sebab semua orang dapat merasa terhibur di masa pandemi ini. Namun menurutnya, sangat penting untuk memprioritaskan keselamatan terutama di saat COVID-19 masih belum tertatasi. "Kasus serupa juga pernah terjadi di cabang olahraga lain seperti sepak bola, tenis, hoki, bola basket, rugbi, dan lainnya – semuanya terdampak Covid-19 dan harus menerapkan protokol kesehatan," katanya menambahkan.
"Kami tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Inggris untuk melihat apakah ada yang bisa dilakukan tentang permasalahan ini," Jenkins berjanji.
Tanpa Gelembung, BWF Dianggap Gagal
BWF juga tunduk pada aturan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris. Pada panduan BWF Safety Protocols - Operating Procedures - All England 2021 terkait kategori kontak erat juga disebutkan, "Travelling by aeroplane is considered close contact for everyone onboard. This applies to short haul and long haul flights". Artinya, apabila ada yang terjangkit Covid-19, maka seluruh penumpang yang berada dalam satu pesawat- baik dalam penerbangan jarak jauh maupun dekat- termasuk kontak dekat.
"Kontak dekat harus isolasi mandiri selama 10 hari penuh terhitung pada hari terakhir sejak mereka kontak dengan orang tersebut (penumpang yang positif covid-19)," bunyi penjelasan lanjutan safety protocol itu.
BWF dalam safety protocol-nya juga mencantumkan panduan bagi peserta All England selama berada di dalam pesawat dan bandar udara. Setidaknya ada lima poin yang perlu dilakukan, termasuk tetap mengenakan masker, jaga jarak, menjaga kebersihan diri, dan membawa hasil tes negatif Covid-19.
Meski demikian, panduan ini tidak bisa jadi jaminan bagi peserta untuk bisa bermain di All England. Sebab walau hasil tes menunjukkan negatif Covid-19, status penumpang lain yang positif ternyata bisa menyebabkan para pemain batal bertanding. Mereka tetap dianggap sebagai kontak erat yang membutuhkan isolasi mandiri selama 10 hari terhitung sejak pertama kali mendarat di negara Inggris.
BWF sendiri tidak menerapkan sistem bubble atau gelembung pada All England 2021. Artinya tidak ada kewajiban bagi peserta untuk datang lebih awal guna memberi waktu bagi isolasi mandiri bila dibutuhkan.
Padahal sistem seperti ini bukan hal yang baru di dunia olahraga era pandemi Covid-19. Sebelumnya, sistem gelembung sudah diberlakukan pada Thailand Open awal Januari 2021 lalu. Dalam kejuaraan ini, para peserta diminta datang lebih dari sepekan sebelum turnamen berlangsung.
Sistem yang sama juga diterapkan dalam kejuaraan tenis Australian Open yang berlangsung di Melbourne. Para peserta dan ofisial juga diminta hadir jauh-jauh hari sebelum kejuaraan berlangsung untuk mengikuti karantina. Tidak hanya itu, peserta dan ofisial hanya boleh menggunakan pesawat carteran.
Wajar bila Marcus Gideon, ganda putra Indonesia, merasa kecewa BWF tidak menerapkan sistem ini di All England. "Dan kalau memang ada aturan yang ketat untuk masuk ke Inggris menyusul pandemi Covid-19, BWF harusnya menyiapkan sistem gelembung untuk menjamin keselamatan kami. Para pemain seharusnya menjalani karantina sebelum tampil pada event itu," ujar Marcus Gideon di Instagramnya.
"Perlu diperhatikan, kalau BWF telah gagal menyelesaikan masalah ini," tulis Marcus juga.
Advertisement
Masih Terus Berjuang
PBSI berupaya mencari keadilan atas keputusan BWF. Berharap, otoritas bulu tangkis dunia itu mampu melobi pemerintah Inggris untuk mencari jalan keluar terhadap kasus yang dialami Indonesia.
Langkah PBSI didukung penuh oleh pemerintah Indonesia. Duta Besar Indonesia di London Desra Percaya berjanji akan berupaya semaksimal mungkin memperjuangkan nasib kontingen Indonesia.
Dalam jumpa pers lewat live zoom, Desra mengaku telah melayangkan surat kepada Presiden Badminton World Federation (BWF), Poul-Erik Høyer Larsen. Dalam surat itu, Desra mewakili pemerintah Indonesia menyampaikan rasa kecewa mendalam atas penarikan tim Indonesia dari All England.
Desra menegaskan agar tidak ada diskriminasi, unfair treatment, dan adanya transparansi. Karena itu, Desra juga telah menyampaikan sejumlah fakta-fakta terkait PCR test dan kepatuhan protokol dan vaksinsinasi yang sudah dilakukan oleh kontingen Indonesia.
Desra juga menyampaikan ketidakadilan yang dialami kontingen Indonesia, mengingat atlet lain yang diindikasikan positif bisa dites lagi. Tapi Indonesia yang tidak positif, tidak diberikan tes lagi.
"Ini yang saya kejar terus," kata Dubes Desra yang sebelumnya juga telah menghubungi Direktur Asia Tenggara Kemlu Inggris Sarah Cook. Dalam perbincangan dengan Sarah, Desra juga menyampaikan sejumlah opsi, termasuk menghentikan sementara kejuaraan Yonex All England 2021.
"Artinya, dihentikan sementara semua pertandingan untuk kesempatan isolasi mandiri," kata Desra.
All England 2021 masih terus berjalan tanpa kehadiran para atlet Indonesia. Kenyataan miris yang harus dijalani oleh para atlet di tengah panjangnya proses menuju turnamen tertua bulu tangkis itu. Kini harus menanti keadilan di kamar isolasi.