Liputan6.com, Prancis - Beberapa negara Eropa memutuskan untuk melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca, setelah Badan Pengawas Obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), menyatakan bahwa vaksin COVID-19 tersebut aman.
Pada Kamis waktu setempat, Kepala EMA, Emer Cooke mengatakan bahwa Komite Keamanan telah tiba pada kesimpulan ilmiah yang jelas,"Ini adalah vaksin yang aman dan efektif.".
Advertisement
"Jika itu saya, saya akan divaksinasi besok," kata Cooke seperti dikutip dari AP News pada Jumat (19/3/2021).
Namun, EMA menyebut bahwa mereka masih belum bisa mengesampingkan secara pasti hubungan antara beberapa jenis pembekuan darah yang langka dengan vaksin. Maka dari itu, laporan kasus tersebut akan ditambahkan ke brosur vaksin.
Usai pengumuman dari EMA, Prancis, Italia, dan Jerman menyatakan bahwa mereka akan memulai kembali vaksinasi COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca pada Jumat waktu setempat.
Mengutip Deutsche Welle, Perdana Menteri Prancis Jean Castex direncanakan menerima suntikan vaksin AstraZeneca pada Jumat untuk meningkatkan kepercayaan publik.
"Vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif, seperti yang ditekankan oleh regulator Eropa. Hanya memiliki efek samping yang relatif jarang," kata Castex.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Beberapa Negara Lanjutkan Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Sementara itu, Spanyol, Portugal, dan Belanda, mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca pada pekan depan. Meskipun begitu, Spanyol akan mengecualikan kelompok untuk meminimalisir risiko.
Lithuania juga akan kembali menggunakan vaksin tersebut pada Jumat. Menteri Kesehatan Arunas Dulkys akan bergabung dengan Presiden Lithuania, Perdana Menteri, dan ketua parlemen pada Senin untuk mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca.
Dalam laporannya hari Kamis, EMA mengatakan bahwa jumlah keseluruhan dari berbagai kasus pembekuan darah yang dilaporkan secara peluncuran vaksin, lebih rendah daripada yang diharapkan di populasi umum.
EMA mengatakan bahwa meski penggumpalan yang umum bukanlah jenis yang mengkhawatirkan, mereka akan memeriksa dua jenis penggumpalan darah yang langka.
Dalam laporan EMA, ada 7 laporan dari jenis gumpalan darah yang terjadi di beberapa pembuluh darah, serta 18 laporan dari jenis yang disebut trombosis vena serebral.
Namun, kejadian itu dilaporkan dari 20 juta orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca di Inggris dan Uni Eropa.
Advertisement
Penyelidikan Masih Berlanjut
Selain itu, EMA juga mengatakan sebagian besar kasus terjadi pada orang di bawah 55 tahun dan mayoritas adalah wanita.
Hal ini masih diselidiki untuk mengungkap apakah ada sesuatu yang cenderung membuat mereka mengalami kejadian langka itu.
Mereka mengatakan, sebelum pandemi misalnya, pembekuan yang terkait dengan otak, hampir selalu terjadi pada orang dengan faktor risiko tertentu seperti mereka yang minum pil KB atau memiliki salah satu dari penyakit bawaan yang mempengaruhi penggumpalan.
Sabine Straus, Kepala Komite Keamanan EMA mengatakan pil KB adalah kemungkinan berbeda yang juga akan diselidiki. Dia menambahkan, para ahli menemukan bahwa tidak ada bukti kualitas atau masalah batch, yang terkait dengan lokasi produksi tertentu.
Meski beberapa negara Eropa memutuskan untuk melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca, beberapa negara Eropa lain masih menangguhkan penggunaannya.
Seperti Norwegia dan Swedia yang menyatakan masih menunda pemakaian vaksin tersebut, selama otoritas kesehatan masyarakat mereka masih melakukan kajian.
"Vaksinasi dengan AstraZeneca masih ditangguhkan hingga kami mendapatkan gambaran lengkap situasinya," kata Camilla Stoltenberg, Direktur Norwegian Institute of Public Health. Ia menyebut, masih terlalu prematur untuk menyampaikan kesimpulan.
Infografis Ramai-Ramai Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ada Apa?
Advertisement