Rupiah Tertekan Usai Imbal Hasil Obligasi AS Naik Lagi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat pekan ini

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Mar 2021, 11:13 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat pekan ini. Pelemahan rupiah imbas kembali naiknya imbal hasil obligasi AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (19/3/2021), rupiah dibuka di angka 14.420 per dolar AS melemah dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di 14.410 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah di level 14.450 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.420 per dolar AS hingga 14.470 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,85 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.476 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.412 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama sepekan mengalami volatilitas yang cenderung meningkat dan konsisten ditutup di atas Rp14.400 selama empat hari berturut-turut, meski kemarin sedikit terapresiasi," kata analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.

Rully menuturkan, faktor global dan domestik mempengaruhi pergerakan rupiah. Keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin yang mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sudah diantisipasi oleh pasar.

"Kami memperkirakan masih belum akan ada perubahan suku bunga kebijakan BI7DRR sampai dengan akhir tahun 2021 ini. Sementara itu di pasar obligasi, imbal hasil SBN kemarin naik 3 bps ke 6,78 persen," ujar Rully.

Dolar AS nampak kembali menguat di awal sesi Jumat tertopang naiknya tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang mencatat level tertinggi 1,74 persen, rekor tertinggi sejak Januari 2020.

"Secara teknikal, pada perdagangan hari ini kami memperkirakan rupiah terhadap dolar AS diprediksi berada pada interval Rp14.384 dan Rp14.457 dengan kecenderungan melemah," kata Rully.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Prediksi Ekonomi AS

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

The Fed merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi yakni menjadi 6,5 persen untuk 2021 dan 3,3 persen untuk 2022.

Sedangkan tingkat inflasi AS diperkirakan naik lebih tinggi sebesar 2,2 persen pada 2021 dan 2 persen pada 2022.

Sementara itu, tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam diperkirakan turun menjadi 4,3 persen dan 3,7 persen pada 2021 dan 2022.

Gubernur The Fed Jerome Powell berjanji untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga rendah dan akan terus melakukan program pembelian surat utang setiap bulan sebesar 120 miliar dollar AS.

Pada Kamis (17/3) lalu, rupiah ditutup melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.428 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.410.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya