Menkes: Pandemi Bikin Ekonomi Indonesia Susah dalam 2 Tahun Terakhir

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pandemi berkaitan erat dengan perekonomian

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Mar 2021, 13:40 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan usai menjalani vaksinasi COVID 19 dosis kedua di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Pemerintah mengharapkan per harinya 900 ribu hingga 1 juta masyarakat Indonesia dapat menerima vaksin. (Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pandemi berkaitan erat dengan perekonomian. Hal ini bisa dilihat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini semakin membebani perekonomian Indonesia.

"Mengenai pandemi karena ada hubungannya dengan ekonomi, dan besar kaitannya dengan membuat ekonomi kita susah dalam dua tahun terakhir," ungkap Budi dalam Rakor BLU 2021 : BLU Berstrategi Pulihkan Ekonomi pada Jumat (19/3/2021).

Pandemi yang terjadi membuat Kemenkes melakukan reformasi. Di setiap krisis, kata Budi, negara harus bisa melakukan reformasi.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa pandemi sejatinya sering dialami oleh manusia dan sudah terjadi sejak tahun 1.500. Untuk setiap pandemi yang terjadi, tujuannya hanya satu yaitu bagaimana mengurangi laju penularan sehingga orang yang tertular atau masuk Rumah Sakit (RS) bisa dilayani.

"Ketika pandemi, banyak orang yang wafat karena banyak sekali tertular, sehingga RS tidak mampu menangani pandemi. Istilah itu sering disebut flattening the curve," jelasnya.

Jika berhasil mengurangi laju penularan, maka pandemi bisa ditangani dengan baik. Fasilitas-fasilitas kesehatan juga bisa melayani lebih baik.

"Sebenarnya sekarang sudah mulai menurun, sehingga semua faskes RS sudah bisa melayani dengan lebih baik. Mudah-mudahan tidak ada kenaikan lagi karena kita sudah belajar beberapa kali pengalaman kalau kita lupa pakai masker dan tidak menjaga jarak itu akan naik kembali," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terpukul Pandemi Covid-19, Sektor Pariwisata dan Penerbangan Tetap Optimistis

Pelatih Bali United, Stefano Cugurra Teco, memberikan variasi menu latihan berupa menggenjot fisik pemain di bibir pantai. (dok. Bali United)

Pandemi Covid-19 memukul banyak industri termasuk sektor pariwisata dan penerbangan. Satu tahun pandemi, sektor pariwisata dan penerbangan mengaku masih optimistis bisnis akan kembali berjalan dengan baik, terutama karena sudah ada vaksin Covid-19.

Chairman Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja, berharap para pemangku kepentingan di industri penerbangan bisa satu suara untuk menyederhanakan proses administrasi perjalanan. Hal ini katanya akan membantu masyarakat untuk kembali menggunakan pesawat terbang.

"Paling penting adalah bagaimana setelah vaksin, semua stakeholder di industri penerbangan bisa selaras untuk menyederhanakan proses administrasi baik domestik maupun internasional. Karena dengan begitu, ini akan membantu masyarakat untuk percaya dan nyaman menggunakan transportasi udara," ungkap Denon dalam Rakernas HPRI pada Rabu (18/3/2021).

Ditambahkan CEO Air Asia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga, ia optimistis sektor pariwisata akan kembali bangkit. Meskipun, menurutnya, baik industri penerbangan, pariwisata, dan seluruh ekosistemnya masih mengalami tekanan yang berat.

"Tapi saya sangat berharap dampak dari vaksin, dimana kita melihat tingkat positif kasus Covid-19 juga turun dan menjadi lebih baik sekarang," tuturnya.

Ia pun menaruh harapan demand akan meningkat pada momen Lebaran 2021. Sementara untuk pasar internasional, katanya, akan tergantung dari penerimaan vaksinasi di masing-masing negara lain.

Sambil menunggu kondisi kembali membaik, Air Asia terus melakukan persiapan dan memastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik. Ia pun berharap konsumen bisa kembali menikmati pengalaman travel yang menyenangkan.

Vera berharap bisa melihat pertumbuhan yang substansial termasuk dari sisi internasional. "Kita juga harus konsisten menjaga protokol kesehatan dan ini menjadi tantangan juga karena jangan sampai kita lengah. Pengalaman saya di 2020, pemerintah akan bereaksi dari sisi regulasi apabila melihat penyebarannya tidak terkontrol. Ini jadi tanggung jawab kita agar demand bisa didorong lebih cepat dan protokol kesehatan tetap dijaga," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya