Pandemi Masih Melanda, Indonesia Perlu Bangun Rumah Sakit Baru untuk Covid-19?

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Indonesia tidak perlu berinvestasi membangun Rumah Sakit (RS) baru untuk pasien Covid-19.

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Mar 2021, 14:50 WIB
Petugas jaga mengecek data pasien COVID-19 yang dibawa petugas medis di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pemerintah menyiapkan 2.700 tempat tidur di RSD Wisma Atlet untuk merawat pasien COVID-19 dengan kondisi sedang dan ringan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Indonesia tidak perlu berinvestasi membangun Rumah Sakit (RS) baru untuk pasien Covid-19. Pasalnya, rumah sakit yang ada saat ini bisa menampung lebih banyak pasien Covid-19.

Menurut Budi, rumah sakit yang ada di Indonesia saat ini memiliki kapasitas tempat tidur yang cukup untuk penanganan pasien Covid-19. Namun, alokasinya belum optimal.

"Sebenarnya tidak usah investasi membuat rumah sakit baru, yang penting bagaimana kita menata kelola rumah sakit yang ada untuk bisa menampung pasien Covid-19 lebih banyak terlebih dahulu," jelas Budi dalam Rakor BLU 2021 : BLU Berstrategi Pulihkan Ekonomi pada Jumat (19/3/2021).

Di rumah sakit Badan Layanan Umum (BLU) Kemenkes, misalnya kata Budi, memiliki kapasitas 15 ribu tempat tidur. Namun, ketika ia mulai menjabat sebagai Menkes, yang baru dialokasikan untuk Covid-19 saat itu hanya 10 persen atau sekitar 1.500.

"Ya sudah kita naikkan saja menjadi 30 persen, itu bisa menambah sekitar 4.000 tempat tidur," sambungnya.

Oleh sebab itu, Budi menilai Indonesia tidak perlu tergesa untuk mendirikan rumah sakit baru. Selain karena kapasitas tempat tidur yang dinilai masih mencukupi, seiring waktu ia meyakini kasus Covid-19 akan terus menurun.

"Saat ini sedang banyak-banyaknya, kalau nanti sudah turun kita kembalikan untuk merawat pasien lain. Jadi tidak usah terburu membangun rumah sakit baru," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menkes: Pandemi Bikin Ekonomi Indonesia Susah dalam 2 Tahun Terakhir

Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pandemi berkaitan erat dengan perekonomian. Hal ini bisa dilihat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini semakin membebani perekonomian Indonesia.

"Mengenai pandemi karena ada hubungannya dengan ekonomi, dan besar kaitannya dengan membuat ekonomi kita susah dalam dua tahun terakhir," ungkap Budi dalam Rakor BLU 2021 : BLU Berstrategi Pulihkan Ekonomi pada Jumat (19/3/2021).

Pandemi yang terjadi membuat Kemenkes melakukan reformasi. Di setiap krisis, kata Budi, negara harus bisa melakukan reformasi.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa pandemi sejatinya sering dialami oleh manusia dan sudah terjadi sejak tahun 1.500. Untuk setiap pandemi yang terjadi, tujuannya hanya satu yaitu bagaimana mengurangi laju penularan sehingga orang yang tertular atau masuk Rumah Sakit (RS) bisa dilayani.

"Ketika pandemi, banyak orang yang wafat karena banyak sekali tertular, sehingga RS tidak mampu menangani pandemi. Istilah itu sering disebut flattening the curve," jelasnya.

Jika berhasil mengurangi laju penularan, maka pandemi bisa ditangani dengan baik. Fasilitas-fasilitas kesehatan juga bisa melayani lebih baik.

"Sebenarnya sekarang sudah mulai menurun, sehingga semua faskes RS sudah bisa melayani dengan lebih baik. Mudah-mudahan tidak ada kenaikan lagi karena kita sudah belajar beberapa kali pengalaman kalau kita lupa pakai masker dan tidak menjaga jarak itu akan naik kembali," ungkapnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya