Penjelasan Kapolres Soal Demonstrasi di Polres Konawe

Kapolres Konawe tidak menganggap massa yang menyerbu Polres Konawe saat demonstrasi sebagai preman.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 03 Apr 2021, 14:21 WIB
Kapolres Konawe, AKBP Yudhi Kristanto SIK, saat mengklarifikasi soal penyerbuan di Polres Konawe.

Liputan6.com, Kendari - Kapolres Konawe, AKBP Yudhi Kristanto menyatakan pesan damai usai demonstrasi di Polres Konawe, Sabtu (14/3/2020). Dia menyatakan, wilayah Konawe bakal menjadi pusat industri masa depan. Menurutnya, masyarakat mesti mempersiapkan dan belajar agar bisa bersaing.

"Agar masyarakat bisa berkiprah di perusahaan besar. Pabrik-pabrik baterai, panel-panel surya, akan banyak dibangun di sana," kata Kapolres.

Ketika menjadi pusat industri, kata dia, masyarakat bisa memanfaatkan banyak lapangan pekerjaan. Sehingga, lahir masyarakat yang siap pakai agar bisa bekerja disana.

Terkait massa memasuki Polres Konawe, sejak awal Kapolres tidak pernah menganggap mereka  sebagai preman. Dia menyatakan, sempat bertemu dengan massa di jalur Bundaran Adipura Konawe. Saat itu, menurutnya dia melihat massa membawa panji-panji kerajaan.

"Kalau preman saya hadang mereka," ujarnya.

Menurutnya, dia sudah menyiapkan satu kompi pasukan Dalmas dan Brimob. Namun, dia mengakui sudah berkoordinasi dengan massa sebelum berdemonstras di Polres.

Ketua Dewan Sara Fordati, Ajemain Suruambo, menyatakan, tiga ormas yang masuk ke dalam areal Polres adalah ormas adat. Pertama, Banderano Tolaki atau pengawal adat tolaki. Kedua adalah Ta'awuno Tolaki. Ketiga, Anandolaki Mepokoaso, bagian dari organisasi adat adat Tolaki. Dia menjelaskan, ketiganya adalah organisasi Tolaki bersatu.

Dia menyatakan, budaya Tolaki, memiliki senjata dan warisan budaya. Maka, masyarakat perlu menjaga dan melestarikan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Dan dalam upaya penyelatan benda budaya yang sudah akan punah," jelasnya.

Dia menyebut, terkait mereka berdemonstrasi, sudah mengantongi izin. Soal mereka terlihat masuk di ruang Polres dan membawa senjata tradisonal Tolaki, menurutnya resmi dan diberikan izin Kapolres.

"Kapolres, istilahnya memberikan ruang bagi mereka, karena Kapolres berpikir bahwa mereka adalah masyarakat adat," ujarnya.

Tokoh adat di Konawe ini menjelaskan soal ta'awu atau senjata tajam tradisional Tolaki. Menurutnya, ta'awu digunakan leluhur mereka untuk mengawal kerajaan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

 

 

Saksikan Video Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya