Kudeta Militer Myanmar, PM Malaysia Desak Perundingan untuk Penyelesaian Krisis

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyerukan kerja sama untuk penyelesaian damai dalam krisis politik di Myanmar.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Mar 2021, 11:19 WIB
Muhyiddin Yassin (John Shen Lee / AP PHOTO)

Liputan6.com, Kuala Lumpur- Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyatakan bahwa negaranya sangat prihatin atas situasi tragis yang terjadi di Myanmar sejak kudeta militer yang terjadi pada 1 Februari lalu.

"Saya terkejut dengan penggunaan kekerasan mematikan yang terus-menerus terhadap warga sipil tak bersenjata yang mengakibatkan tingginya jumlah kematian dan korban terluka, serta penderitaan di seluruh negara. Tidak ada pertanyaan tentang - penggunaan amunisi langsung terhadap protes damai tidak dapat diterima. Situasi menyedihkan ini harus segera dihentikan," kata PM Muhyiddin Yassin dalam pernyataan tertulisnya yang dibagikan melalui laman Facebook resminya, pada Jumat (19/3).

PM Muhyiddin Yassin pun mengatakan bahwa ia mewakilkan Malaysia dan menyampaikan belasungkawanya yang terdalam dan tulus kepada seluruh rakyat myanmar yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai, dan yang telah menjadi korban sebagai akibat dari krisis politik saat ini.

Diketahui bahwa telah terjadi serangkaian bentrokan antara warga sipil dan aparat dalam demonstrasi anti-kudeta di Myanmar, yang telah berlangsung sejak kudeta militer. Peristiwa itu pun telah menewaskan ratusan orang.

Selanjutnya, PM Muhyiddin Yassin menyatakan bahwa "Kepemimpinan militer di Myanmar sangat didesak untuk mengubah arahnya, dan memilih jalan menuju solusi damai. kekerasan melahirkan kekerasan, dan masa depan bangsa bisa jatuh ke dalam kehancuran yang tidak bisa diubah".

Ditambahkannya bahwa Malaysia, dan komunitas terbesar ASEAN, "Tidak mampu melihat negara persaudaraan kami Myanmar menjadi begitu tidak stabil di tangan beberapa orang terpilih, yang berusaha untuk mempromosikan kepentingan pribadi mereka sendiri".

Saksikan Video Berikut Ini:


Dukung Seruan dari Presiden Jokowi untuk Adakan KTT Darurat ASEAN

Seorang pengunjuk rasa memegang poster dengan gambar pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi (kanan) yang ditahan dan presiden Win Myint saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar pada Sabtu (6/2/2021). Ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk melawan kudeta. (YE AUNG THU / AFP)

"Sekali lagi, Malaysia mengulangi seruan kami yang konsisten kepada semua pihak yang berkepentingan untuk bekerja sama menuju penyelesaian damai dari krisis ini," kata PM Muhyiddin Yassin.

"Kami akan terus mendukung dialog inklusif untuk transisi politik, dan mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan, memperbaiki krisis dan menghindari peningkatan ketegangan lebih lanjut," jelasnya.

PM Muhyiddin Yassin, dalam pernyataannya juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap para pemimpin politik, termasuk Pemimpin Negara Daw Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint, yang telah ditahan secara sewenang-wenang sejak 1 Februari 2021.

"Jelas bahwa perjuangan politik saat ini hanya mengorbankan rakyat Myanmar, ini tidak memiliki tempat dalam nilai-nilai keyakinan, hati nurani dan budaya kita. Ini bertentangan dengan prinsip yang tertanam dalam budaya ASEAN, yang kita di ASEAN berkomitmen untuk mempromosikan dan melindungi sehingga perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan kita terjamin," pungkas PM Muhyiddin Yassin.

PM Muhyiddin Yassin pun menyatakan bahwa ia mendukung seruan dari Presiden RI Joko Widodo untuk diadakannya KTT darurat ASEAN terkait situasi di Myanmar.

"Saya sangat mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo dari Republik Indonesia hari ini, dan seruannya untuk diadakannya KTT darurat ASEAN untuk mengatasi situasi di Myanmar. Hanya melalui diskusi yang tulus dan jujur, kita dapat meningkatkan peran ASEAN untuk membantu Myanmar dalam mencari jalan keluar dari krisis ini dengan tepat," tuturnya.


Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya