Liputan6.com, Jakarta Moncernya kinerja PT Aneka Tambang Tbk (Antam) selama tahun 2020 lalu tidak lepas dari kinerja segmen nikel yang menjadi salah satu komoditas utama perusahaan tambang itu. Selain mencatatkan laba bersih Rp1,15 triliun, di tahun 2020 Antam juga mencatatkan capaian volume produksi feronikel tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko mengatakan, meskipun sejak akhir 2019 kebijakan ekspor bijih nikel sudah dihapuskan pemerintah, hal tersebut tidak mempengaruhi pencatatan positif Antam di segmen nikel.
Advertisement
“Tahun 2020 lalu kami memfokuskan strategi dengan mengembangkan basis pelanggan di dalam negeri, terutama pemasaran produk-produk emas serta bijih nikel Antam. Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong terjaganya produksi segmen nikel hingga feronikel dapat mencatatkan rekor,” jelasnya.
Dalam keterbukaan informasi perusahaan, di tahun 2020 Antam mencatatkan produksi feronikel sebesar 25.970 ton nikel dalam feronikel (TNi) naik dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan feronikel Antam menjadi kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih perusahaan sebesar Rp4,46 triliun atau 17% dari total penjualan 2020.
“Untuk bijih nikel sendiri, Antam mencacatkan produksi sebesar 4,67 juta wet metric ton (wmt) yang digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel Antam dan untuk pemenuhan kebutuhan pelanggan domestik,” tambah Kunto.
Performa bijih nikel Antam yang saat ini difokuskan di dalam negeri memberikan kontribusi sebesar Rp1,87 triliun atau 7% dari total penjualan perusahaan, tumbuh 93% dibandingkan penjualan domestik segmen nikel di tahun 2019 sebesar Rp968,16 miliar.
“Secara akumulatif, segmen nikel Antam memperoleh laba usaha segmen sebesar Rp2,22 triliun dan laba tahun berjalan segmen nikel sebesar Rp1,92 triliun,” papar Kunto.
Strategi di Tahun 2021
Ketika ditanya strategi di tahun 2021, Kunto memaparkan perusahaannya akan tetap menjaga biaya produksi tetap rendah sehingga daya saing usaha produk Antam tetap terjaga positif di tengah volatilitas harga komoditas internasional.
“Antam melihat prospek bisnis nikel tahun ini masih tetap akan tetap baik seiring dengan outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel di dalam negeri,”kata Kunto. “Kenaikan outlook bijih nikel di Indonesia terjadi seiring dengan kualitas produk bijih nikel Antam yang sesuai dengan kebutuhan pasar domestik serta pertumbuhan pengolahan nikel di dalam negeri yang mengakibatkan kenaikan permintaan nikel domestik,” jelasnya.
Saat ini Antam tercatat sebagai salah satu produsen feronikel global berbiaya rendah dengan capaian biaya tunai sebesar USD3,36 per pon. Capaian ini memperkokoh posisi Antam sebagai salah satu pemain feronikel global yang berdaya saing tinggi.
(*)
Advertisement