Lebih Kecil dari Bawahan dan Tak Naik dalam 40 Tahun, Berapa Gaji Miliarder Warren Buffett?

Lembaga pemerintahan di AS yang khusus mengurus sekuritas dan pasar saham, mengungkap fakta gaji miliarder Warren Buffett.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2021, 21:00 WIB
Miliarder Warren Buffett.
 
Liputan6.com, Jakarta Sukses membawa Berkshire Hathaway tampil sebagai salah satu perusahaan multinasional paling sukses di dunia, siapa sangka miliarder Warren Buffett justru memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari rata-rata gaji eksekutif di Amerika Serikat.
 
Dikutip dari Market Insider, Rabu (24/3/2021) US Securities and Exchange Commission (SEC), lembaga pemerintahan di AS yang khusus mengurus sekuritas dan pasar saham,  dalam laporannya mengungkap Buffett mengantongi gaji hanya USD 100.000 atau setara Rp 1,4 miliar per tahun.
 
Nilai ini bahkan belum berubah sejak ia masih menjabat di posisi yang sama pada tahun 1980, atau sekitar 40 tahun lalu. 
 
Begitupun di perusahaan lainnya, saat masih menjabat sebagai direktur di salah satu surat kabar terbesar di AS, The Washington Post, Warren Buffett diketahui hanya memiliki gaji dua kali rata-rata gaji tahunan direktur perusahaan di tahun 1990-an.
 
Sebelum akhirnya ia hengkang dari The Washington Post pada pertengahan 2011, yang juga diikuti beberapa perusahaan lainnya.
 
Sebagai orang nomor satu di perusahaan, Buffett diketahui terlibat langsung merekomendasikan besaran gaji yang ingin ia dapatkan, termasuk nominal untuk berbagai tunjangan. 
 
Total kompensasi tertinggi yang pernah ia terima di Berkshire Hathaway adalah USD 525.000 sekitar Rp 7,5 miliar pada tahun 2010, terdiri dari USD 100.000 gaji, USD 75.000 untuk biaya direktur dan USD 350.000 yang dialokasikan untuk biaya keamanannya.
 
Meski gajinya terbilang kecil, pengeluaran terbesar perusahaan justru dari biaya keamanan pribadi dan rumah untuk sang bos. 
 
Biaya untuk keamanan ini tiga kali lipat dari gajinya, USD 339.000 atau sekitar Rp 4,8 miliar per tahunnya sejak 2008. Jika diakumulasikan sampai sekarang, perusahaan sudah menghabiskan USD 4,4 juta atau Rp 63 miliar untuk kebutuhan ini.
 
Beberapa kalangan berpendapat, mungkin Buffett tidak memerlukan gaji besar pasalnya ia memiliki kekayaan berlimpah dan termasuk salah satu orang terkaya dunia. Apalagi ia juga dikenal tidak hobi foya-foya, memiliki rumah sederhana, menggunakan mobil biasa, bahkan terbiasa sarapan di restoran cepat saji McDonald.
 
Sekalipun kerap dijuluki salah satu investor tersukses sepanjang sejarah, ia tidak begitu diperlakukan spesial di kantornya. Ia tidak menggunakan mobil perusahaan, juga tidak pernah menggunakan pesawat perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

Saksikan Video Ini


Gaji Bawahannya Lebih Besar

Charlie Munger. PHOTO: NATI HARNIK/AP
 
Meminta hanya digaji kecil dan hidup sederhana, prinsip Buffett ini juga jadi teladan bagi Charlie Munger, yang merupakan orang kepercayaan Buffett sekaligus mendampinginya sebagai wakil kepala eksekutif di Berkshire Hathaway. Munger memiliki gaji USD 100.000 sama seperti Buffet.
 
Mungkin masuk akal jika Munger tidak begitu ambisius dengan gaji besar karena ia juga tergolong sangat kaya, meskipun nilainya masih lebih kecil dari harta Buffett. Kekayaan Munger menurut Forbes sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 28,8 triliun. Ia juga menjabat sebagai anggota eksekutif di perusahaan ritel terbesar AS, Costco. 
 
Meski begitu, beberapa karyawan Buffett yang mengisi jabatan sebagai kepala divisi diketahui memiliki gaji fantastis yang berkali lipat dari gaji sang bos.
 
Ajit Jain dan Greg Abel, yang masing-masing mengepalai divisi asuransi dan non-asuransi Berkshire mendapatkan gaji USD 16 juta atau sekitar Rp 230 miliar dalam tiga tahun terakhir, ditambah bonus total masing-masing USD 7 juta atau lebih dari Rp 100 miliar
 
Begitupun kepala keuangan Berkshire Hathaway, Marc Hamburg, yang gajinya sekitar USD 300.000 atau sekitar Rp 4,3 miliar pada tahun 1996, sekarang sudah naik menjadi USD 3,3 juta tahun lalu atau sekitar Rp 47,5 miliar.
 

Perbandingan dengan Gaji CEO Perusahaan Lain

Ilustrasi Uang Tunjangan Credit: unsplash.com/Jp
Jika dibandingkan dengan CEO perusahaan lainnya, gaji Buffett terbilang sangat jauh dari nilai normal yang banyak diterima bos-bos perusahaan di AS. Pada tahun 2019, rata-rata gaji CEO di perusahaan yang termasuk dalam indeks S&P 500 adalah USD 15 juta atau lebih dari Rp 215 miliar.
 
Selain itu, dikutip dari DailyMail, dalam laporan berjudul "100 most Overpaid CEO" yang dirilis oleh lembaga advokasi pemegang saham, As You Sow menemukan bahwa rata-rata gaji dari 100 CEO dengan gaji paling mahal adalah USD 21,3 juta setara Rp 304 miliar.  
 
CEO dengan gaji termahal adalah bos Google, Sundar Pichai yang mendapat gaji sekitar USD 280,6 juta atau setara Rp 4 triliun pada tahun 2019. As You Sow menghitung, ia dibayar 95 persen lebih tinggi dari gaji seharusnya, sekitar USD 14 juta atau Rp 200 miliar.
 
Laporan tersebut juga menunjukkan gaji Pichai bahkan 1.000 kali lipat lebih banyak dibanding rata-rata gaji karyawan Google yaitu USD 258,7 ribu atau Rp 3,7 miliar. 
 
Selain itu, masuk juga nama bos Microsoft, Satya Nadella dalam daftar 25 teratas sekaligus mewarnai masuknya bos perusahaan teknologi lainnya ke daftar ini. Tahun 2019, Nadella mengantongi gaji USD 42,9 juta setara Rp 613 miliar. Gaji yang didapatkan ini dinilai 65 persen lebih tinggi dari gaji seharusnya yaitu USD 27,9 juta setara Rp 399 miliar.
 
Jika dibandingkan dengan gaji rata-rata Karyawan Microsoft sebesar USD 172,5 ribu atau Rp 2,4 miliar, Nadella mendapat gaji 249 kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata karyawannya.
 
Sayangnya, beberapa CEO bahkan masuk daftar petinggi perusahaan dengan gaji termahal sekalipun perusahaan yang sedang dikendalinya sedang seret pemasukan. 
 
Laporan As You Sow juga menyoroti tiga perusahaan dengan kinerja keuangan jeblok namun CEOnya tetap dibayar super mahal, diantaranya Comcast, Discovery dan Disney. CEO dari ketiga perusahaan tersebut telah dibayar lebih dari USD 744 juta dalam tiga tahun dari 2017 hingga 2019.
 
 
Reporter: Abdul Azis Said

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya