Liputan6.com, Jakarta Pakar World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa angka kematian global akibat COVID-19 meningkat lagi, setelah penurunan sekitar enam pekan.
Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis COVID-19 WHO mengatakan bahwa jumlah kasus meninggal yang dilaporkan selaras dengan pertumbuhan kasus terkonfirmasi yang juga meningkat dalam lima pekan berturut-turut.
Advertisement
WHO mengatakan, terdapat peningkatan kasus terkonfirmasi di empat dari enam wilayah cakupan WHO, dengan variasi yang signifikan di setiap daerah.
"Dalam sepekan terakhir kasusnya meningkat 8 persen," kata Van Kerkhove dalam konferensi persnya pada hari Senin, dikutip dari AP News pada Selasa (23/2/2021).
Ia menambahkan bahwa di Eropa angka KASUS meningkat 12 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh penyebaran varian virus corona yang pertama kali ditemukan di Inggris, dan telah menyebar di banyak tempat, termasuk Eropa Timur.
Van Kerkhove mengungkapkan, Asia Tenggara mencatat kenaikan kasus terkonfirmasi hingga 49 persen dari pekan ke pekan. Sementara wilayah Pasifik Barat melaporkan kenaikan 29 persen yang sebagian besar dipicu dari Filipina.
Selain itu, di wilayah Mediterania Timur memperlihatkan peningkatan kasus infeksi virus corona hingga 8 persen. Sementara jumlah kasus terkonfirmasi di Amerika dan Afrika menurun.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Ingatkan Akses Vaksin yang Adil
Menurut Van Kerkhove, dalam enam pekan kemarin, tercatat ada jumlah penurunan angka kematian akibat infeksi virus corona.
"Dan dalam seminggu terakhir, kami mulai melihat sedikit peningkatan di seluruh dunia, hal ini bisa diperkirakan jika kita melihat peningkatan kasus. Namun ini juga pertanda yang mengkhawatirkan," ujarnya.
Michael Ryan, Kepala Kedaruratan WHO menegaskan bahwa pelonggaran pembatasan, harus disertai pengawasan kasus secara ketat dan vaksinasi yang tinggi. Namun, ia menegaskan pemberian vaksin saja bukanlah solusi.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun kembali mengingatkan agar negara-negara di dunia untuk mendistribusikan vaksin secara adil.
"Distribusi vaksin yang tidak adil bukan hanya kemarahan moral. Ini juga merugikan diri sendiri secara ekonomi dan epidemiologis," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi WHO.
Menurut Tedros, banyak negara yang berlomba untuk bisa memvaksinasi seluruh populasinya sementara negara lain tidak memiliki apa-apa. "Ini mungkin membeli keamanan jangka pendek, tetapi ini adalah rasa aman yang palsu."
Ia mengatakan, dengan semakin banyaknya penularan dan varian yang muncul, semakin besar kemungkinan mereka menghindari vaksin.
"Dan selama virus terus beredar di mana saja, orang akan terus meninggal, perdagangan dan perjalanan akan terus terganggu, dan pemulihan ekonomi akan semakin tertunda."
Advertisement