WHO: Enam Pekan Menurun, Angka Kematian COVID-19 di Dunia Meningkat Lagi

WHO mengatakan bahwa meningkatnya kematian juga selaras dengan meningkatnya kasus COVID-19 terkonfirmasi di beberapa negara

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Mar 2021, 12:00 WIB
Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.(Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP)

Liputan6.com, Jakarta Pakar World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa angka kematian global akibat COVID-19 meningkat lagi, setelah penurunan sekitar enam pekan.

Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis COVID-19 WHO mengatakan bahwa jumlah kasus meninggal yang dilaporkan selaras dengan pertumbuhan kasus terkonfirmasi yang juga meningkat dalam lima pekan berturut-turut.

WHO mengatakan, terdapat peningkatan kasus terkonfirmasi di empat dari enam wilayah cakupan WHO, dengan variasi yang signifikan di setiap daerah.

"Dalam sepekan terakhir kasusnya meningkat 8 persen," kata Van Kerkhove dalam konferensi persnya pada hari Senin, dikutip dari AP News pada Selasa (23/2/2021).

Ia menambahkan bahwa di Eropa angka KASUS meningkat 12 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh penyebaran varian virus corona yang pertama kali ditemukan di Inggris, dan telah menyebar di banyak tempat, termasuk Eropa Timur.

Van Kerkhove mengungkapkan, Asia Tenggara mencatat kenaikan kasus terkonfirmasi hingga 49 persen dari pekan ke pekan. Sementara wilayah Pasifik Barat melaporkan kenaikan 29 persen yang sebagian besar dipicu dari Filipina.

Selain itu, di wilayah Mediterania Timur memperlihatkan peningkatan kasus infeksi virus corona hingga 8 persen. Sementara jumlah kasus terkonfirmasi di Amerika dan Afrika menurun.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Ingatkan Akses Vaksin yang Adil

Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Menurut Van Kerkhove, dalam enam pekan kemarin, tercatat ada jumlah penurunan angka kematian akibat infeksi virus corona.

"Dan dalam seminggu terakhir, kami mulai melihat sedikit peningkatan di seluruh dunia, hal ini bisa diperkirakan jika kita melihat peningkatan kasus. Namun ini juga pertanda yang mengkhawatirkan," ujarnya.

Michael Ryan, Kepala Kedaruratan WHO menegaskan bahwa pelonggaran pembatasan, harus disertai pengawasan kasus secara ketat dan vaksinasi yang tinggi. Namun, ia menegaskan pemberian vaksin saja bukanlah solusi.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun kembali mengingatkan agar negara-negara di dunia untuk mendistribusikan vaksin secara adil.

"Distribusi vaksin yang tidak adil bukan hanya kemarahan moral. Ini juga merugikan diri sendiri secara ekonomi dan epidemiologis," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi WHO.

Menurut Tedros, banyak negara yang berlomba untuk bisa memvaksinasi seluruh populasinya sementara negara lain tidak memiliki apa-apa. "Ini mungkin membeli keamanan jangka pendek, tetapi ini adalah rasa aman yang palsu."

Ia mengatakan, dengan semakin banyaknya penularan dan varian yang muncul, semakin besar kemungkinan mereka menghindari vaksin.

"Dan selama virus terus beredar di mana saja, orang akan terus meninggal, perdagangan dan perjalanan akan terus terganggu, dan pemulihan ekonomi akan semakin tertunda."


Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena Covid-19?

Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena Covid-19? (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya