Liputan6.com, Jakarta Politisi senior Sabam Sirait sangat berduka atas wafatnya tokoh buruh Muchtar Pakpahan pada Minggu (21/3/2021) malam lalu.
"Saya sangat berduka. Dia sahabat saya. Dia pejuang buruh yang idealis," kenang Sabam, mantan Sekjen Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pertama yang saat ini menjabat sebagai anggota DPD RI dan anggota MPR RI paling senior, saat diwawancara.
Advertisement
Dalam memperjuangkan nasib buruh, ungkap Sabam, Muchtar Pakpahan tak kenal kompromi. Muchtar Pakpahan juga hidup dengan sederhana dan bersahaja.
"Dia tahu persis pikiran dan perasaan para buruh," ungkap Sabam, yang juga mantan anggota DPR dan DPA yang kini berusia 84 tahun.
Hubungan dan persahabatan Sabam dan Muchtar Pakpahan memang sudah terjalin sangat lama. Keduanya, bersama KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan tokoh lainnya sama-sama deklarator Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) pada 25 April 1992.
Saat itu, di zaman Orde Baru, kondisi buruh benar-benar dalam situasi tertindas dan termarjinalkan. Tak ada advokasi atau pembelaan yang sistemik pada mereka. Maka berdirilah SBSI, yang membela kaum buruh. Muchtar Pakpahan kemudian menjadi Ketua Umum SBSI.
Selain memperjuangkan kaum buruh dengan keyalayakan upah, lanjut dia, persahabatannya dengan KH Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri juga sama-sama pejuang dan pro-demokrasi.
Saat itu, Muchtar Pakpahan merupakan sosok aktivis yang aktif mengkritik rezim Orde Baru. Ia sempat dibawa Badan Intelijen ABRI (BIA) karena disertasinya yang mengkritik budaya politik yang menghambat demokratisasi. Muchtar Pakpahan beberapa kali masuk penjara.
Sabam sirait sendiri saat itu dikenal sangat vokal dan melakukan interupsi dalam sidang DPR, ketika tak banyak yang berani berbeda dengan pemerintah secara terbuka.
Muchtar meninggal setelah terkena kanker nasofaring dan sempat menjalani pengobatan di Penang, Malaysia. Setelah menjalani perawatan, Muchtar sempat mengungkapkan bahwa kanker yang dideritanya mulai bersih.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Firma Hukum dan Dosen
Pria kelahiran Bah Jambi II, Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara, pada 21 Desember 1953 ini merupakan pendiri sekaligus Ketua Umum DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia tahun 1992-2003. Setelah mengakhiri kebersamaan dengan SBSI, Muchtar kemudian mendirikan Partai Buruh Sosial Demokrat pada 2003.
Pada 2010, ia menanggalkan partai tersebut dan mengalihkan konsentrasi di firma hukum Muchtar Pakpahan Associates dan menjadi pengajar di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Advertisement