Liputan6.com, Jakarta- Tersangka dalam penembakan di sebuah supermarket di Kota Boulder, Negara Bagian Colorado, Amerika Serikat telah didakwa dengan membunuh 10 orang.
Dakwaan itu dijatuhkan ketika AS tengah menghadapi sejumlah insiden penembakan dalam waktu kurang dari seminggu - memicu seruan baru yang mendesak pengendalian senjata api.
Advertisement
Tersangka, yang bernama Ahmad Al Aliwi Alissa, berada di rumah sakit setelah ditembak dan diamankan oleh polisi menyusul serangan di supermarket King Sooper's di Boulder County.
"Dia didakwa dengan 10 dakwaan pembunuhan pada tingkat pertama dan akan segera dibawa ke penjara daerah Boulder," kata Kepala Kepolisian Boulder, Maris Herold, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (24/3/2021).
Kepala polisi tersebut juga membacakan, satu per satu, nama dari 10 orang yang tewas dalam penembakan itu.
Para korban, termasuk seorang laki-laki dan perempuan berusia dari 20 hingga 65 tahun, dan seorang polisi yang merupakan ayah dari tujuh anak.
"Boulder county adalah komunitas kecil - kita semua memeriksa daftarnya. Apakah kita kenal seseorang?"" ujar Gubernur Colorado, Jared Polis dalam pernyataannya.
"Tak satu pun dari mereka menyangka bahwa peristiwa ini akan menjadi hari terakhir mereka hidup di dunia ini," ungkapnya.
Saksikan Video Berikut Ini:
Penembakan di AS Picu Seruan Pengetatan UU Senjata
Menyampaikan dalam konferensi pers yang sama, Jaksa Wilayah Boulder, Michael Dougherty berjanji bahwa nama penembak itu tak akan diingat dengan baik.
"Kami akan memastikan tersangka dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya kemarin," ujar Dougherty.
Serangan penembakan di Colorado terjadi kurang dari seminggu setelah pria bersenjata lainnya menembak delapan orang hingga tewas di beberapa spa di Atlanta. Tersangka dalam kasus itu juga menghadapi dakwaan pembunuhan.
Insiden itu pun memicu seruan baru bagi politisi AS untuk bertindak melawan undang-undang kepemilikan senjata api yang terkenal lemah di negara tersebut.
Pengetatan undang-undang senjata sangat populer di AS - dan didukung oleh Presiden Joe Biden - tetapi Partai Republik telah lama menentang pandangan minoritas sebagai pelanggaran terhadap hak mereka untuk memiliki senjata.
Dengan sidang Kehakiman Senat tentang masalah tersebut, yang sudah dijadwalkan pada Selasa (23/3), perpecahan bipartisan kembali muncul.
"Terlalu banyak keluarga yang dipaksa menanggung rasa sakit dan kesedihan yang tak terduga ini," kata pejabat tinggi Partai Demokrat di DPR AS, Nancy Pelosi, dalam sebuah pernyataan.
"Tindakan diperlukan sekarang untuk mencegah kerugian ini yang terus merusak komunitas kita" pungkasnya.
Biden, yang akan membahas peristiwa di Boulder pada Selasa malam waktu AS, telah memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di Gedung Putih, dalam bentuk penghormatan untuk para korban, menurut keterangan dari kantor kepresidenan AS.
Advertisement