Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 dinilai harus menjadi momentum bagi generasi milenial untuk menata ulang dan mengevaluasi gaya hidup dan kondisi keuangannya.
Tercatat, generasi milenial dewasa ini sangat akrab dengan financial technology (fintech).
Advertisement
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo Septriana Tangkary membeberkan, sebesar 66,38 persen lender berusia 19-34 tahun dan sebesar 67,19 persen borrower juga berusia 19-34 tahun.
"Berdasarkan data yang ada, generasi milenial dengan usia 26-35 tahun lebih mendominasi pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jadi tidak hanya pengeluaran yang konsumtif, tetapi generasi saat ini sudah memikirkan masa depan dengan melakukan konsumsi yang produktif", ujar Septry dalam keterangannya, Rabu (24/3/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Sub Direktorat Perekonomian I Kominfo Eko Slamet Riyanto memaparkan, pandemi Covid-19 mendorong penerapan budaya cashless menjadi lebih cepat.
"Berdasarkan data Bank Indonesia, selama bulan Desember saja nilai transaksi uang elektronik meningkat 30,44 persen dengan nilai transaksi digital mencapai Rp 2.775,5 triliun," ujarnya.
Fenomena ini tentu tidak dapat dihindari, namun harus dijadikan wadah beradaptasi untuk mengatur keuangan dengan lebih baik. Generasi milenial bisa melakukan beberapa cara untuk mengatur keuangan di tengah pandemi.
Salah satunya ialah dengan membuat dan gunakan prioritas anggaran berdasarkan besaran nominal bukan dari persentase anggaran dan sesuaikan dengan kewajiban, kebutuhan dan keinginan.
"Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Bagaimana membedakannya? Mudahnya, keinginan kalau ditunda tidak ada dampak signifikan pada diri kita. Sedangkan kebutuhan kalau ditunda akan berdampak pada kehidupan sehari-hari," ujar Chief Marketing Officer Finansialku.com Mario Agustian Lasut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BTN Siapkan Skema KPR Masyarakat Berpenghasilan di Bawah Rp 4 Juta per Bulan
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN menyatakan kesiapannya untuk mendukung Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) guna mempercepat penyediaan hunian layak huni.
Saat ini ada sekitar 9,1 juta masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki tempat tinggal tidak layak yang diantaranya memiliki penghasilan di bawah Rp4 juta.
Adapun, saat ini Tapera tengah menyiapkan penyusunan skema pembiayaan perumahan bagi MBR. Sasaran program Tapera tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan MBR termasuk yang berpenghasilan di bawah Rp4 juta.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmarhargyo mengatakan kelompok MBR dengan penghasilan di bawah Rp4 juta tersebut mendominasi porsi backlog akibat meningkatnya jumlah permintaan atas rumah dari para wong cilik tersebut setiap tahun. Sementara kapasitas penyediaan perumahan untuk segmen MBR belum dapat memenuhi kebutuhan mereka.
“BTN sudah dipastikan siap untuk mendukung program Tapera tersebut. Dengan infrastruktur, jaringan ke mitra pengembang, dan pengalaman BTN dalam pembiayaan perumahan khususnya untuk subsidi bagi MBR, sampai dengan saat ini Bank BTN berkomitmen penuh mendukung program rumah nasional. Termasuk dalam hal ini mendukung Tapera dalam menyediakan hunian berkualitas terutama bagi MBR dengan penghasilan di bawah Rp4 juta,” jelas Haru dalam Forum Group Discusion (FGD) bertajuk Housing Availability for Economically Weaker Section di Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Hingga saat ini, Bank BTN pun tengah menggodok skema kredit pemilikan rumah (KPR) untuk mendukung program Tapera. “Target kami adalah dapat memberikan hunian yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia sesuai dengan Program Satu Juta Rumah milik pemerintah,” ujar Haru.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Consumer and Commercial Banking Bank BTN Hirwandi Gafar menuturkan untuk dapat menyediakan perumahan bagi kelompok MBR tersebut, diperlukan upaya yang komprehensif. Beberapa upaya tersebut meliputi ketersediaan lahan dan bangunan yang efisien namun berkualitas.
Hirwandi menambahkan, diperlukan juga prasarana dan sarana umum yang memadai, serta insentif untuk pembiayaan konstruksi untuk menyediakan rumah bagi para MBR. “Dengan berbagai langkah komprehensif tersebut, kami meyakini akan semakin banyak MBR yang dapat memiliki hunian berkualitas,” kata Hirwandi.
Sementara itu, Bank BTN terus melakukan berbagai inovasi di segmen KPR Subsidi yang menyasar MBR. Bank spesialis pembiayaan perumahan tersebut memiliki produk KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dengan bantuan uang muka hingga Rp40 juta.
Advertisement
KPR Subsidi
Kemudian, Bank BTN juga menawarkan produk KPR Subsidi dengan bunga 5 persen fix rate atau tetap hingga 20 tahun. Perseroan juga memiliki produk KPR BTN Mikro yang menyasar para pekerja informal mulai dari tukang bakso, tukang cukur rambut, hingga tukang ojek online dan para pekerja lain yang memiliki penghasilan tidak tetap.
Dengan berbagai inovasi tersebut, sampai dengan Februari 2021, emiten bersandi saham BBTN ini tercatat telah menyalurkan KPR Subsidi sekitar Rp107,93 triliun untuk 1,3 juta debitur. Kendati berada di masa pandemi, posisi KPR Subsidi BTN tersebut tercatat tumbuh 7,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp100,03 triliun pada Februari 2020 yang telah dimanfaatkan oleh sekitar 1,23 juta debitur di seluruh Indonesia.
Sementara Komisioner BP Tapera Adi Setianto mengungkapkan, tujuan pembentukan Tapera adalah untuk menghimpun dan menyediakan dana murah Jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau bagi peserta khususnya untuk membantu MBR memiliki rumah pertama.
"Tapera itu dibentuk berazaskan gotong royong. Jadi kedepan untuk MBR berpenghasilan 4 juta kalau menjadi peserta. Maka melalui menabung di Tapera, akan kita bantu untuk memiliki rumah pertama,” tegasnya.